Mohon tunggu...
Brahmani PritaDewi
Brahmani PritaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Maafkan jika terdapat kekurangan.

Semoga dilancarkan!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implikasi Filsafat Timur dan Filsafat Barat terhadap Pendidikan

4 Desember 2024   10:31 Diperbarui: 4 Desember 2024   11:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Ahli Filsafat (Sumber: wikipedia)

   Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang mencari hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia dan merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. 

Jawaban tersebut merupakan suatu hasil pemikiran yang mendasar dan digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. 

Pada prinsipnya, konsep filsafat menempatkan sesuatu kebenaran berdasarkan kemampuan nalar manusia, yang merupakan tolok ukur suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya. 

Filsafat sangat berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu memberikan sebuah kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa (Djamaluddin, 2014). Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. 

Kata filsafat dalam bahasa Yunani adalah philoshophia. Kata philoshophia dalam bahasa Yunani merupakan kata majemuk yang terdiri dari atas philo dan shopia; philo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu: shopia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Berdasarkan asal katanya, filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan (Abidin, 2002)

    Secara umum, filsafat dibagi menjadi dua jenis, yaitu  filsafat Barat dan filsafat Timur (filsafat Oriental). Filsafat Barat dan Timur berkembang di daerah yang berbeda dengan kebudayaan dan peradaban yang berbeda, sehingga ciri-cirinya tentu saja sangat berbeda. 

Filsafat Timur merupakan perintis dari Filsafat Yunani Kuno, yang memiliki sejarah lebih jauh daripada Filsafat Yunani Kuno sendiri (Achmadi, 2013). Menurut pandangan atau perspektif Timur, Barat sering digambarkan sebagai materialisme, kapitalisme, rasionalisme, dinamisme, saintisme, positivisme, dan sekularisme (Lasiyo, 1997). 

Sedangkan filsafat Barat, menyatakan bahwa filsafat Timur sebagai kebodohan, kemiskinan, statis, fatalistis, dan kontemplatif (Rohiman, 1996). Menurut Kinasih (2022), karakteristik mengenai filsafat Timur dan filsafat Barat sebagai sebuah perspektif terlihat menarik. Hal ini disebabkan karena pemikiran filsafat Timur menekankan kehadiran intuisi dan pengalaman individu, sedangkan pemikiran filsafat Barat sebagian besar lebih fokus terhadap kemampuan akal budi dalam menganalisis data empiris. 

Pemikiran filsafat Timur banyak diungkapkan atau disampaikan sebagai ungkapan rasa yang diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol sebagai manifestasi hal-hal yang konkret. Sedangkan filsafat Barat merumuskan sebuah refleksi dan realita sosial dengan bahasa yang efektif dan efisien dalam memilih kata-kata dan cenderung menggunakan rumusan yang abstrak, sehingga memiliki cakupan yang luas. 

Tujuan utama pemikiran filsafat Timur adalah untuk menerapkan rasa dalam refleksinya, maka ingin mencapai sebuah fase dimana kebahagiaan dan kebijaksanaan dalam hidup tercapai dalam ketentraman dan keselamatan. Filsuf Timur lebih menekankan pada manusia untuk hidup menyesuaikan diri dengan alam semesta, sedangkan filsuf Barat berusaha memahami alam semesta demi kepentingan manusia.

    Seiring berkembangnya zaman, filsafat Timur berkembang menjadi filsafat Cina, filsafat India, filsafat Ki Hadjar Dewantara, dan filsafat Islam. Menurut Lasiyo (1997), terdapat beberapa pokok pemikiran filsafat Cina yang cukup besar dan berpengaruh sampai dewasa ini antara lain diajarkan oleh Confucianisme, Taoisme, Ch'an Buddhisme, dan Neo-Confucianisme. 

Intisari dari aliran filsafat Cina adalah menekankan manusia agar memiliki sikap yang disiplin, memiliki jiwa sosial, taat pada agama, kental dengan tradisi serta kebudayaan, dan memiliki sikap religius. 

Berdasarkan pernyataan tersebut, aliran filsafat Timur memiliki implikasi terhadap pendidikan, misalnya penekanan karakter yang baik di lingkungan rumah dan sekolah dengan adanya kegiatan Proyek Penguatan Profil Pancasila (P5) dan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mewujudkan bangsa yang berbudaya dengan memperkuat nilai-nilai karakter peserta didik. 

Nilai-nilai karakter yang dimaksud, yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, dan semangat kebangsaan. Sedangkan implementasi P5 dilakukan dengan cara mengerjakan proyek pengembangan karakter pelajar untuk dapat hidup dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan pembelajaran lintas disiplin ilmu yang mengamati dan mencari solusi mengenai masalah-masalah yang ada di sekitar. 

Terdapat beberapa sikap yang dinilai dalam P5, yaitu mandiri, kreatif, bernalar kritis,  gotong royong, berima dan bertakwa, serta berkebinekaan global. Selain itu, hal tersebut dapat tercerminkan pada penilaian sikap masing-masing siswa di kelas saat melakukan kegiatan pembelajaran secara berkelompok.

 Saat berkelompok, bisa saja hanya beberapa orang yang bekerja sedangkan anggota yang lain tidak bekerja. Namun, guru tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi karena berkaitan dengan sikap gotong royong yang dipandang sebelah mata oleh siswa. Maka dari itu, diperlukan sikap gotong royong dan kolaboratif dalam kerja kelompok, serta guru harus memerhatikan masing-masing kelompok agar beban kerja antar anggota kelompok terbagi secara merata.

  Berbeda halnya dengan filsafat Timur, aliran atau ajaran filsafat Barat memiliki tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep (Khumaidi, 2022). 

Filsafat Barat memiliki dampak atau implikasi terhadap pendidikan, baik pembelajaran di dalam kelas maupun luar kelas. Intisari dari filsafat Barat adalah lebih menekankan bukti empiris dan pemikiran rasional dari siswa maupun pendidik. 

Salah satu implikasi atau dampaknya adalah pembelajaran yang kontekstual, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman atau belajar sesuai pengalaman yang dialami oleh siswa. Misalnya melakukan praktikum pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Guru mengarahkan peserta didik untuk menanam biji kacang hijau dan diamati selama 10 hari, dalam kegiatan ini siswa wajib memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan biji kacang hijau sampai menjadi kecambah. 

Setelah diamati, peserta didik membuat laporan dan menganalisis faktor penyebab terjadinya pada pertumbuhan akar, batang, biji, dan daun. Selain itu, menganalisis dan mengeskplorasi hormon-hormon yang terlibat dalam perkembangan tanaman biji kacang hijau. Maka dari itu, pembelajaran kontekstual berkaitan erat dengan filsafat Barat karena berpikir logis dan rasional, menganalisis secara mendalam, dan memiliki alasan yang jelas terkait pemaparan suatu materi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun