Seiring berkembangnya zaman, filsafat Timur berkembang menjadi filsafat Cina, filsafat India, filsafat Ki Hadjar Dewantara, dan filsafat Islam. Menurut Lasiyo (1997), terdapat beberapa pokok pemikiran filsafat Cina yang cukup besar dan berpengaruh sampai dewasa ini antara lain diajarkan oleh Confucianisme, Taoisme, Ch'an Buddhisme, dan Neo-Confucianisme.Â
Intisari dari aliran filsafat Cina adalah menekankan manusia agar memiliki sikap yang disiplin, memiliki jiwa sosial, taat pada agama, kental dengan tradisi serta kebudayaan, dan memiliki sikap religius.Â
Berdasarkan pernyataan tersebut, aliran filsafat Timur memiliki implikasi terhadap pendidikan, misalnya penekanan karakter yang baik di lingkungan rumah dan sekolah dengan adanya kegiatan Proyek Penguatan Profil Pancasila (P5) dan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mewujudkan bangsa yang berbudaya dengan memperkuat nilai-nilai karakter peserta didik.Â
Nilai-nilai karakter yang dimaksud, yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, dan semangat kebangsaan. Sedangkan implementasi P5 dilakukan dengan cara mengerjakan proyek pengembangan karakter pelajar untuk dapat hidup dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan pembelajaran lintas disiplin ilmu yang mengamati dan mencari solusi mengenai masalah-masalah yang ada di sekitar.Â
Terdapat beberapa sikap yang dinilai dalam P5, yaitu mandiri, kreatif, bernalar kritis, Â gotong royong, berima dan bertakwa, serta berkebinekaan global. Selain itu, hal tersebut dapat tercerminkan pada penilaian sikap masing-masing siswa di kelas saat melakukan kegiatan pembelajaran secara berkelompok.
 Saat berkelompok, bisa saja hanya beberapa orang yang bekerja sedangkan anggota yang lain tidak bekerja. Namun, guru tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi karena berkaitan dengan sikap gotong royong yang dipandang sebelah mata oleh siswa. Maka dari itu, diperlukan sikap gotong royong dan kolaboratif dalam kerja kelompok, serta guru harus memerhatikan masing-masing kelompok agar beban kerja antar anggota kelompok terbagi secara merata.
 Berbeda halnya dengan filsafat Timur, aliran atau ajaran filsafat Barat memiliki tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep (Khumaidi, 2022).Â
Filsafat Barat memiliki dampak atau implikasi terhadap pendidikan, baik pembelajaran di dalam kelas maupun luar kelas. Intisari dari filsafat Barat adalah lebih menekankan bukti empiris dan pemikiran rasional dari siswa maupun pendidik.Â
Salah satu implikasi atau dampaknya adalah pembelajaran yang kontekstual, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman atau belajar sesuai pengalaman yang dialami oleh siswa. Misalnya melakukan praktikum pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Guru mengarahkan peserta didik untuk menanam biji kacang hijau dan diamati selama 10 hari, dalam kegiatan ini siswa wajib memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan biji kacang hijau sampai menjadi kecambah.Â
Setelah diamati, peserta didik membuat laporan dan menganalisis faktor penyebab terjadinya pada pertumbuhan akar, batang, biji, dan daun. Selain itu, menganalisis dan mengeskplorasi hormon-hormon yang terlibat dalam perkembangan tanaman biji kacang hijau. Maka dari itu, pembelajaran kontekstual berkaitan erat dengan filsafat Barat karena berpikir logis dan rasional, menganalisis secara mendalam, dan memiliki alasan yang jelas terkait pemaparan suatu materi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H