Mohon tunggu...
BPOM RI
BPOM RI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bijak Menyikapi Informasi Hoaks Obat dan Makanan

17 Agustus 2018   11:04 Diperbarui: 17 Agustus 2018   11:20 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masalahnya adalah, seringkali kita tidak bisa mengetahui siapa penjahat sebenarnya dari pengedar hoax sekarang ini. Darimana isu hoax bisa muncul? Siapa penyebar pertama? Apakah dia penjahatnya? Sepertinya bukan hanya dia, ketika kita juga ikut menekan tombol "share" di sebuah berita hoax kita sudah termasuk dalam rombongan "penjahat" yang ikut menimbulkan keresahan di masyarakat.

Hoax ini dampaknya bisa sangat serius. Tulisan-tulisan hoax ini biasanya "sok" benar, meyakinkan, dan kadang bahkan tampak ditulis berdasarkan bukti ilmiah. Entah penelitian siapa yang dijadikan dasar atau pernyataan ahli mana yang dijadikan pegangan. 

Menariknya, informasi hoax ini bahasanya selalu cenderung provokatif yang mengajak orang untuk langsung percaya, memancing emosi, dan sesaat meniadakan logika. Apalagi yang dipancing adalah masyarakat golongan wanita, terutama ibu-ibu. 

The power of emak-emak, siapa berani membantah kalau mereka sudah beraksi? Siap-siap senggol bacok! Ngeri! Masih ingat susu kental manis yang katanya tidak mengandung susu? Berapa banyak ibu-ibu yang marah karena merasa dibodohi? Twitter diramaikan dengan hastag #skmbukansusu.

Pun headline berita selama beberapa hari kemarin cukup mencengangkan, masyarakat protes karena merasa ditipu dan dirugikan. Sudahlah berharap lebih anak-anaknya akan tumbuh pintar dan kelak bisa menjadi pilot dengan mengkonsumsi SKM eh kok malah dibilang SKM tidak mengandung susu sama sekali. Kentara sekali masyarakat Indonesia adalah tipe setia, kalau dari zaman mereka kecil mereka bertumbuh dan berkembang dengan diiringi mengkonsumsi SKM, maka hal tersebut akan turun temurun dibiasakan kepada anak-anak mereka. 

Nah, ini yang salah kaprah. Label SKM saja sudah memberikan petunjuk bahwa produk tersebut tidak untuk dikonsumsi anak-anak di bawah 5 tahun tapi masih saja ada yang tidak mau repot-repot membacanya. Akhirnya hal itu menjadi sebuah tradisi yang lumrah, enteng saja mereka memberi SKM untuk dikonsumsi oleh anak-anak balita mereka dan dengan cara diseduh pula. Salah kaprah dua kali!

Membasmi hoax itu gampang-gampang susah, penjahatnya ambigu, menyebarnya cepat, mericuhkannya juga cepat. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menanggapi hoax ini?

Ditinjau dari kacamata institusi, mungkin BPOM butuh satu lagi jargon baru selain cek KLIK, yaitu ESC, (E)nsuring before (S)haring is another way of (C)aring. BPOM bisa mengkampanyekan kepada masyarakat sebelum ikut menyebarkan dan mempercayai berita hoax untuk memastikan bahwa berita tersebut benar atau tidak, kalau memang belum tahu pasti kebenarannya, jangan ikut menyebarkan isu yang masih simpang siur sembari menunggu sampai pihak terkait dalam hal ini BPOM memberikan konferensi pers.

Menyikapi hoax yang beredar, BPOM harus cepat tanggap, maksimal 1x24 jam sudah harus memberikan tanggapan kepada masyarakat agar tidak semakin meresahkan dan isu itu menjadi bola liar. 

Selama ini BPOM sudah cukup reaktif dalam menyikapi hoax mengenai obat dan makanan yang beredar, dari isu tersebut muncul pertama kali sampai klarifikasi oleh pihak BPOM diselesaikan hanya dalam hitungan hari. 

Masyarakat juga boleh lega karena klarifikasi yang dilakukan oleh BPOM selalu menyertakan kandungan apa yang ada di dalam produk tersebut dan lengkap dengan hasil uji laboratorium yang ilmiah dan terpercaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun