Mohon tunggu...
Bozz Madyang
Bozz Madyang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Food Blogger

#MadYanger #WeEatWeWrite #SharingInspiringRefreshing #FoodBlogger - Admin Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana - Email: bozzmadyang@gmail.com - Instagram/Twitter: @bozzmadyang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kuliner Kampoeng Tempoe Doeloe, "Akoe Padamoe"

7 Mei 2017   21:03 Diperbarui: 7 Mei 2017   21:12 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang menarik tentang kuliner daerah kita? Bukan sekedar citarasa namun memuat ruang dan waktu sejarah kita, dahulu. Menguak kisah-kisah kenangan yang terbawa rasa dan suasana. Bagaimana mencicipi gudeg ala Jogjakarta tanpa mengingat masa lalu, 9 tahun bermukim di sana? Bagaimana nikmatnya menu sate lilit Pulau Dewata, saat dulu teman kuliah asal Bali mengajak menikmatinya di warung kuliner asalnya itu.

Mengingatkan kembali  kuliner daerah yang sebenarnya. Mengenal lebih dalam tentang kuliner daerah nusantara juga menanamkan pengetahuan tentang kuliner budaya negeri sendiri. Kuliner yang tumbuh dan berkembang dari ragam suku yang hidup lestari di tanah negeri kita. Kuliner nusantara sudah menjadi industry berbasis budaya yang berkembang seiring pelaku UKM yang berkembang.

Ajang berbasis budaya yang digelar oleh Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2017, sejak 7 April – 7 Mei 2017 di Summarecon Kelapa Gading sesuai misinya mengangkat citra, harkat dan martabat bangsa Indonesia melalui industry berbasis budaya. Dukungan terhadap UKM dan pengrajin local yang menghasilkan produk-produk kreatif dalam negeri melalui industry mode dan kuliner.  14 kali penyelenggaraan JFFF adalah menunjukkan bahwa ajang JFFF diterima oleh khalayak dan takj heran menjadi agenda tahunan Summarecon Kelapa Gading.

Dan tentu saja aku tak melewatkan ajang kuliner yang keren ini, bertema “Kampung Tempoe Doeloe” (KTD) 2017. Kecuali bisa berwisata kuliner, juga semakin menambah khasanah pengetahuan tentang kuliner nusantara. Mengenal dari rasa, budayanya bahkan asal-usul dan kisah-kisah dibaliknya. Senang bisa mengobrol dengan para pelaku UKM yang turut melestarikan budaya kuliner nusantara. Dan sebagai penikmat kuliner, seyogyanya mengetahui kuliner nusantara tersebut.

KTD. (Foto bozzmadyang.com)
KTD. (Foto bozzmadyang.com)
KTD (Foto bozzmadyang.com)
KTD (Foto bozzmadyang.com)
KTD (Foto bozzmadyang.com)
KTD (Foto bozzmadyang.com)
Menguak Menu Otentik

Beruntung di ajang JFFF 2017, Kampung Tempoe Doeloe, aku berkesempatan bertemu dengan Bli Romi Chandra, chef menu kuliner Bali di salah sau stand. Jadi tau tentang cerita kuliner Bali. Cerita bagaimana mengenal lebih jauh tentang kuliner Bali yang sudah cukup populer. Namun mungkin kurang kita pahami dengan benar.

Ada sate lilit, menu yang kala disebut langsung benak terbawa ke pulau yang lebih dikenal dunia luar daripada nama Indonesia sendiri itu. Sate yang juga sering kita temui di ajang festival maupun di warung, resto yang menyuguhkan menu Bali. Sate yang kujajal saat di ajang Festival Kuliner Kampoieng Tempoe Doeloe beberapa waktu silam itu, seperti umumnya sate. Bertusuk bambu, dan bukan batang sere. Dan aku baru tahu kalau sate lilit dengan tusukan bambu itulah yang asli disebut sate lilit. Meski dalam perkembangannya banyak kreasinya.

Sate Lilit dan ayam betutu. (Foto bozzmadyang.com)
Sate Lilit dan ayam betutu. (Foto bozzmadyang.com)
Proses pembuatannya pun bukan sembarang. Ternyata ada proses yang benar, yakni di-KATIK. Proses menusukkan daging ke dalam batang bambu. Memencet, mengepal-ngepal sedemikian rupa, mengulir dari atas ke bawah batang, seperti sedang mengulir sekrup.

“Jadi gak sekadar dikepal-kepal saja. Ada cara khusus,” kata Bli Romi yang sebenarnya asli Jawa Pekalongan itu, ketika berbincang dengan Penulis dan kawan Blogger.

Bli Romi Candra. (Foto bozzmadyang.com)
Bli Romi Candra. (Foto bozzmadyang.com)
Minat lelaki Jawa itu terhadap kekayaan kuliner Bali, membawanya mencari tahu ragam kuliner Bali yang benar. Di saat banyak kuliner yang sudah dimodifikasi dan dikreasi sedemikian rupa.

Nah sate lilit itu salah satu komponen dari nasi campur komplit khas Bali. Komponen lainnya terdiri dari Tum Siap (TUM Ayam), telur bulat, lawar kacang panjang khas Denpasar, Be Siap Pelalah Mesitsit, Sate lilit, sambel MBE, bawang putih goreng, bawang merah goreng, tumisan cabe rawit dicincang kasar. Ada taburan kacang tanahnya juga lhooo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun