Bagiku posisi foodphotographer menyulap tampilan makanan semenawan mungkin harus tetap dilakukan. Buat foto tetap menarik. Cerita-cerita tak sedap dibalik makanan tersebut, tetap bisa disampaikan melalui teks konten/ caption. Kejujuran tentang makanan itu bisa disampaikan dengan bahasa yang elegan. Kecuali menghargai dari pembuat/ pemilik makanan juga menghargai orang-orang di luar sana yang kemungkinan menyukai makanan itu.
Biasa dibilang dengan bahasa halus, misalnya, “Makanannya akan lebih baik kalau rasanya dibikin tak terlalu pedas.” Atau bisa juga bilang, “Cita rasa makanannya enak tapi bukan selera saya.” Dan bisa dengan aneka kalimat lainnya.
Seperti semangat yang digemakan Danamon, dengan inspirasi “saatnya pegang kendali,”food blogger tetap memposisikan sebagai foodphotographersesuai perannya. Dimanafoto-foto yang dihasilkantetap membingkai makanan dalam karya foto yang menarik. Jika ini tercapai, boleh dikatakan foto itu berhasil.
Foto yang sukses membuat orang-orang yang melihatnya ‘berselera’ dan termotivasi ingin mencicipi dan menikmatinya. Bagiku itulah ‘tugas’ food blogger dalam peran sebagai food photographer. Dimana pada titik ini saatnya pegang kendali sebagai food photographer yang menghasilkan karya foto-foto kuliner yang tetap menarik, apa pun cerita dibaliknya.
@bozzmadyang
*Foto-foto makanan di atas, tidak ada hubungannya dengan enak dan gak enak makanan. Sekadar ilustrasi pelengkap artikel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H