Lalu bagaimana jika makanan yang kita foto itu benar-benar gak enak?
Lebih ke selera umum sih yaa. Taruhlah misalnya makanannya keasinan, kepedasan, terlalu asem, ‘cemplang’ kalau orang Jawa bilang untuk menyebut racikan bumbunya tak ‘maching’. “Gak karuan” getu kira-kira. Pokoknya gak enak secara dasar. Artinya gak cocok dengan selera orang kebanyakan.
Apa yaa contohnya? Makanan ekstrem, mungkin seperti itu. Makanan ekstrem yang disajikan untuk lidah-lidah normal konsumennya. Makanan ekstrem di sini artinya lebih ke makanan yang mengandung cita rasa aneh, yang juga dari bahan dasar yang sudah aneh.
Food Blogger dan Food Photographer
Nah bagaimana kita sebagai food blogger/ food photographer memposisikan yaa, saat menemui makanan yang gak enak menurut kita, dan gak enak yang benar-benar gak enak. Sementara kita dituntut untuk memotret/ mereview makanan yang dimaksud. Mengetahui posisi posisi yang sebenarnya, menuntut kita harus memegang kendali saat menuliskan/ memotret makanan untuk review.
Aku bilang sih mesti dipahami dulu bahwa foodblogger saat memposisikan diri sebagai foodphotographer jelas punya tugas utama. Tugasnya adalah membuat foto obyek keliatan menarik. Bagaimana obyek sedemikian rupa bisa dikemas dalam frame yang membuat orang ‘ngiler’ atau berselera saat melihat foto.
Sementara dalam posisi sebagai food blogger, lekat dengan soal konten resep, cita rasa makanan yang dituangkan dalam format penulisan, misalnya review. Bagaimana mengemas resep-resep makanan bisa mudah dipahami dan dipraktikkan nantinya oleh pembaca yang tertarik. Atau bisa dipahami tentang cita rasa sebuah makanan untuk dapat memberikan opini yang kemungkinan membuat pembaca memiliki khasanah pertimbangan jika ingin menikmati makanan yang sama.
Opini atau review yang jujur menjadi penting. Pasalnya jika opini kita tidak jujur, misalnya mengatakan makanan gak enak, tetap enak, pembaca bisa tidak akan percaya lagi. Padahal unsur kepercayaan ini penting, agar pembaca tetap mau membaca review/ tulisan kita seterusnya.
Lalu bagaimana kita bersikap, saat foto-foto harus cantik sementara kita tahu makanannya gak enak (rasa)?
Kejujuran memegang peranan penting, untuk menjaga kepercayaan orang/ pembaca. Sekali pembaca merasa ditipu sulit untuk memulihkan kepercayaan pada tulisan/ review kita. Dari sisi foto, kembali kepada tuntutan foodphotographer untuk menciptakan foto-foto kuliner yang bagus, tentu kita tak bisa menyimpang dari ini.