Mohon tunggu...
Bozz Madyang
Bozz Madyang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Food Blogger

#MadYanger #WeEatWeWrite #SharingInspiringRefreshing #FoodBlogger - Admin Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana - Email: bozzmadyang@gmail.com - Instagram/Twitter: @bozzmadyang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Memopulerkan Kuliner Indonesia di Ajang ‘Indonesia is ME'

14 Agustus 2016   20:53 Diperbarui: 14 Agustus 2016   23:47 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian daerah ditampilkan. (Foto Ganendra)

Pria berkacamata penulis buku Kimia Kuliner berkisah tentang aneka makanan kuliner nusantara, seperti kuliner Makasar, Jawa, Bangka dan lain-lain. Berkaitan dengan pengolahan menu kuliner, Harry menjelaskan tentang pendekatan William Wongso yang berpandanganan meningkatkan gengsi makanan Indonesia melalui improvisasi pada bahan makanannya. Misalnya menggunakan daging ‘Wagyu’ sebagai rendang.  Atau ‘naniura’ pada makanan Batak.

“Makanan Indonesia itu memang sudah lama enak,  saatnya dunia tahu bahwa kita punya makanan enak,” kata Harry.   

Sementara itu Lidia dari Jalan Sutra juga, mencontohkan pengolahan kuliner dari Bangka, yakni tentang kuliner ‘Lepah Kulat Palawan’ yang rasanya sangat khas, favorit orang Bangka.

Harry Hardianto Nazaruddin dari Komunitas Jalan Sutra (Foto Ganendra)
Harry Hardianto Nazaruddin dari Komunitas Jalan Sutra (Foto Ganendra)
Lidia Tanod dari Komunitas Jalan Sutra (Foto Ganendra)
Lidia Tanod dari Komunitas Jalan Sutra (Foto Ganendra)
Untuk diketahui Komunitas Jalan Sutra yang diketuai oleh Bondan Winarno, tokoh kuliner ‘maknyus’ yang ternama di dunia kuliner. Lahir dari kolom Jalan Sutra di Suara Pembaharuan tahun 2003. Beranggotan ribuan orang, dan telah melahirkan nama-nama yang kondang seperti Reno Andam penulis Rendang Traveler, Yohan Handoyo seorang pakar Wine, Adi Taroepratjeka copy stori Kompas TV.

Eksplorasi Kuliner Indonesia

Nah untuk memberi pengalaman dan perkenalan kuliner Indonesia disediakan menu-menu kuliner seperti yang kusebutkan di atas sebelumnya. Ada Sayur Babanci - Betawi, Martabak Rendang,  Kue kue Khas Kampung Tugu, Es Palubutung- Makassar, Kue Timpan - Aceh, Kue Lampet - Batak Tapanuli dan Teh Talua Sumatra Barat.

Kesempatan selepas talkshow, bisa mencicipi menu tersedia. Sayur Babanci,  Es Palubutung, Kue Timpan - Aceh dan Kue Lampet ada di gedung marketing property di sebelah Mall Bassura City. Sementara menu lainnya seperti Martabak Rendang, kue Khas Kampung Tugu dan Teh Talua ada di stand Synthesis. Dengan menggunakan vocer para peserta bisa mencicipi anek sajian itu.

Dari kiri atas searah jarum jam: Sayur Babanci, Kue Timpan, Pisang Udang dan Es Pallubutung. (Foto Ganendra)
Dari kiri atas searah jarum jam: Sayur Babanci, Kue Timpan, Pisang Udang dan Es Pallubutung. (Foto Ganendra)
Sayur Babanci Ikonik Betawi yang Kian Langka

Aku paling demen sayur Babancinya. Rasanya sih seger, dan kayaknya enak banget kalau disajikan hangat/ panas. Disajikan dengan ketupat, daging dan kelapa muda. Nah loorrr, kelapa muda yang biasa buat es degan itu? Iyaa hehee unik tho. Eh ada tambahan petainya loor, bikin berselera. Menurutku enak juga dinikmati dengan nasi. Oyaa belum tau khan sejarah menu ini?

Sayur babanci atau ketupat  Babanci ini dari namanya saja udah unik. Kata Mas yang menyajikan, Awas loorr ntar berubah hehee (berubah banci maksudnya) aaah. Yaaa  konon dinamakan Babanci karena sayur ini tak jelas jenisnya. Sayur bukan, soto bukan, kare juga bukan. Meski disebut sayur babanci, anehnya tak ada sayuran di dalamnya. Lohh? Iyaa… isinya yaa itu, daging, irisan kelapa dan ketupat serta kuah. Kuahnya agak kek kare getu sih. Enak juga menurutku.

Gio, salah satu member KPK sedang menikmati sayur Babanci. (Foto Ganendra)
Gio, salah satu member KPK sedang menikmati sayur Babanci. (Foto Ganendra)
Sayur Babanci ini ikonik Betawi yang mulai langka. Kenapa langka? Yaaa soalnya perlu 17 jenis bahan dan rempah untuk membuatnya, yang mana sudah sulit ditemukan lagi jaman sekarang. Karena sulit, warga Betawi biasanya hanya disajikan pada hari-hari besar kkeagamaan sebagai menu keluarga, seperti saat Hari Idul Fitri, Lebaran Haji. Dan sayangnya di restorean maupun di warung makan juga sudah sulit dijumpai menu Betawi ini. Nah… inilah perlunya upaya mempopulerkan kembali. Sayang banget kalau punah.Namun di Historia Café di Kota Tua, kita bisa menikmatinya di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun