Mohon tunggu...
Afifi SyakirRahman
Afifi SyakirRahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Indonesia

Saya suka membaca buku terutama yang bergenre puisi dan sejarah. Saya juga kadang suka menulis puisi-puisi singkat di wattpad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasar Beringharjo: Jantung Ekonomi Masyarakat Yogyakarta

28 Desember 2022   14:39 Diperbarui: 28 Desember 2022   14:42 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pasar secara sederhananya dapat diartikan sebagai suatu lokasi yang dibangun oleh pemerintah sebagai sarana pertukaran barang dan jasa, untuk konsulidasi lalu lintas dalam perekonomian, termaksud didalamnya sebagai tempat transaksi bagi pelaku ekonomi. Sedangkan menurut Dinas Pendapatann Daerah mengemukakan bahwa pasar adalah salah satu sarana sebagai tempat awal dan akhir tujuan perdagangan, atau dengan kata lain merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli yang memakai jasa pasar sebagai tempat transaksi.

Pasar juga merupakan salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dari infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian.

Pasar Beringaharjo merupakan pasar penting yang berada di Yogyakarta, sebab dalam sejarahnya Pasar Beringharjo memiliki nilai historis dan filosofis dengan Kraton Yogyakarta karena telah melewati tiga fase; yakni masa kerajaan (monarki), masa penjajahan (kolonial), dan masa kemerdekaan (revolusi). Pasar Beringharjo merupakan pasar tradisional yang terletak di Jalan Pabringan No. 1 Yogyakarta. Keberadaan pasar Beringharjo ini tidak dapat dipisahkan dengan Kraton Ngyogyakarto Hadiningrat, sebab pasar ini merupakan milik Kraton Yogyakarta. 

Pasar Beringharjo dibangun diatas tanah seluas 2,5 hektar, dan telah mengalami rehabilitasi sebanyak dua kali yaitu pada tahun 1951 dan tahun 1970. Secara sosial pasar Beringharjo mempunyai letak yang sangat strategis untuk daerah perdagangan. Hal ini disebabkan pasar Beringharjo terletak di jantung kotamadya Yogyakarta dan dilalui semua jalur transportasi umum. Selain sebagai sebuah pasar, pasar Beringharjo bukan hanya sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, tapi juga menjadi fragmen yang tak terpisahkan dari sejarah Malioboro sebagai kawasan ekonomi, budaya, dan sejarah. Sehingga pasar tersebut sangat ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Pasar Beringharjo terdapat dua bagian utama yaitu barat dan timur, namun di dalam literatur yang lain disebutkan terdapat bagian tengah pasar. Sedikitnya ada sekitar 6000-7000 pedagang dan 500 buruh gendong yang hidup di pasar tersebut. Walaupun pasar Beringharjo merupakan pasar tradisional, namun pasar tersebut memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk ukuran pasar kelas 1, yaitu diantaranya:

  1. Tempat Ibadah

  2. Tempat Bongkar Muat

  3. Tempat Penitipan Anak

  4. Tempat Pelayanan Kesehatan

  5. Tempat Parkir

  6. WC/Kamar Mandi

  7. Kantor Pengelola

Letak pasar yang strategis serta memiliki peran pada catur tunggal di Yogyakarta, setidaknya ini menyebabkan pada tahun 1960-an pasar Beringharjo mendapati pengunjung sebanyak 60 ribu orang dan di setiap tahunnya meningkat, hingga mendapat lonjakan tertinggi pada hari raya sebanyak 185 ribu sampai 190 ribu pengunjung.

Pasar Beringharjo menyediakan sesuatu yang dijual dengan beragam, mulai dari produk unggulannya yaitu batik, sampai kepada souvenir dan makanan-makanan khas Yogyakarta. Tak hanya itu, apabila dilihat dari arsitekturnya pasar Beringharjo ini memiliki dua gaya arsitektur yang berbeda di bagian barat menggunakan gaya arsitektur Belanda, sedangkan di bagian timur menggunakan gaya arsitektur tradisional. Tentunya ini menjadi satu daya tarik sendiri baik untuk para wisatawan lokal atau internasional yang kemudian tertarik untuk berbelanja di pasar Beringharjo.

Terbukti, dari adanya letak pasar yang strategis, fasilitas yang memadai, gaya arsitektur yang mempunyai nilai, dan lokasi serta bangunan yang memiliki sejarah menjadikan pasar Beringharjo ini tidak termakan oleh zaman. Tercatat dalam buku yang berjudul "Menguak Pasar Tradisional Indonesia" pasar Beringharjo setidaknya mampu menghasilkan omset sebanyak 10 miliar perhari. Hal tersebut bisa dilihat bahwa pasar Beringharjo menjadi jantung ekonomi yang menghidup dan hidup di masyarakat Yogyakarta.

Referensi:

  1. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Edisi Kelima, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 6

  2. Algifari, Ekonomi Mikro Teori Dan Kasus Edisi Kesatu (Yogyakarta : STIE YKPN, 2002) h.92

  3. Saefudin. Wibawa, Yustina, T. Rachman, V. Menguak Pasar Tradisional. (2012). Jakarta: PT Mardi Mulyo

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun