Kantor Pengelola
Letak pasar yang strategis serta memiliki peran pada catur tunggal di Yogyakarta, setidaknya ini menyebabkan pada tahun 1960-an pasar Beringharjo mendapati pengunjung sebanyak 60 ribu orang dan di setiap tahunnya meningkat, hingga mendapat lonjakan tertinggi pada hari raya sebanyak 185 ribu sampai 190 ribu pengunjung.
Pasar Beringharjo menyediakan sesuatu yang dijual dengan beragam, mulai dari produk unggulannya yaitu batik, sampai kepada souvenir dan makanan-makanan khas Yogyakarta. Tak hanya itu, apabila dilihat dari arsitekturnya pasar Beringharjo ini memiliki dua gaya arsitektur yang berbeda di bagian barat menggunakan gaya arsitektur Belanda, sedangkan di bagian timur menggunakan gaya arsitektur tradisional. Tentunya ini menjadi satu daya tarik sendiri baik untuk para wisatawan lokal atau internasional yang kemudian tertarik untuk berbelanja di pasar Beringharjo.
Terbukti, dari adanya letak pasar yang strategis, fasilitas yang memadai, gaya arsitektur yang mempunyai nilai, dan lokasi serta bangunan yang memiliki sejarah menjadikan pasar Beringharjo ini tidak termakan oleh zaman. Tercatat dalam buku yang berjudul "Menguak Pasar Tradisional Indonesia" pasar Beringharjo setidaknya mampu menghasilkan omset sebanyak 10 miliar perhari. Hal tersebut bisa dilihat bahwa pasar Beringharjo menjadi jantung ekonomi yang menghidup dan hidup di masyarakat Yogyakarta.
Referensi:
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, Edisi Kelima, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 6
Algifari, Ekonomi Mikro Teori Dan Kasus Edisi Kesatu (Yogyakarta : STIE YKPN, 2002) h.92
Saefudin. Wibawa, Yustina, T. Rachman, V. Menguak Pasar Tradisional. (2012). Jakarta: PT Mardi Mulyo
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H