Roida Ayu Boangmanalu, siswi kelas X asal SMA Negeri 1 Salak saat membacakan Puisi karyanya yang berjudul "PENERANG JIWA YANG TEGANG" mendapat perhatian dari Kapuslitbang Kemensos RI, Mulia Jonny, M.Si serta seluruh orang yang berada dalam sebuah ruangan di Kota Salak, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara.
Siswi asal Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut ini mendapat apresiasi dari seluruh peserta yang berada di dalam Gedung Bale Sada Arih, Selasa (28/8) dengan tepuk tangan yang meriah saat membacakan puisinya pada acara Penyerahan Bantuan Non Tunai Agustus Tuntas Program Keluarga Harapan dari Kementrian Sosial Republik Indonesia.
Susunan serta perpaduan kata-kata yang ia tuliskan sangat menyentuh jiwa dan mengena kepada program pemerintah yang dinilai sangat tepat sasaran.
Berikut bunyi Puisi yang dibacakan Roida Ayu ;
PENERANG JIWA YANG TEGANG
Puisi Karya : Roida Ayu Boangmanalu (Siswi SMA Negeri 1 Salak)
Dibacakan pada saat Acara Penyerahan Bantuan Non Tunai Agustus Tuntas Program Keluarga Harapan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia
Dibalik derasnya sungai, Â mengalir sebuah cerita ikan kelam
Tentang sebuah kemiskinan, tentang sebuah jeritan
Tentang sebuah coretan pensil yang cukup koyakkan kertas
Cerita yang telah terukir dibalik pekatnya awan hitam
Cerita tentang seribu rintang, cerita tentang perjuangan hidup
Lihatlah seorang wanita yang mampu memadukan antara penderitaan dan ketabahan
Bermandikan cucuran keringat, Â bermodalkan sebuah kain yang ia lilitkan di kepala.
Dan sesekali meratap bahkan meneteskan air mata namun tetap semangat.
Lihat juga seorang pria yang mampu memanipulasikan air mata menjadi keringat
Yang sering kali dipuja oleh terik mentari dan dicumbu mesra oleh guyuran hujan
Mengucur deras keringat, basahi tubuh yang penat
Tanpa beralaskan sepatu, hanya pakaian dan topi yang ia kenakan
Lihat raut wajahnya, kulit keriputnya
Bahkan tubuhnya yang legam terbakar mentari
Hari-harinya ditemani oleh sebuah cangkul
Hari-harinya ditemani oleh sebuah pemotong gambir
Berlantankan tepukan angin, yang melambai menembus dada
Perih mereka tahanan, sakit mereka acuhkan
Luka dan bisa mereka simpan, resik dengan lapang dada dihadapinya
Demi tercapainya sebuah asa, demi tercapainya sebuah nyaman rupiah
Dan demi perubahan nasib sang buah hati
Tiada pernah sekalipun ia mengucap kalah
Tiada pernah mereka mengeluh
Walau apapun rintangannya
Walau mereka tak sanggup, namun tak kunjung menyerah
Upaya terus mereka lakukan demi pendidikan sang buah hatinya
Demi generasi penerusnya
Kalau ia mulai tak berdaya, lalu apalagi yang mereka perbuat
Apa yang mereka lakukan tuk mencapai tekad itu?
Namun perjuangan belum kunjung berakhir
Hingga sebuah kebijakan pemerintah terbangun
Sebuah program yang mampu menggapai asa
Sebuah program yang mampu galakkan sebuah cita
Dengan tekad dan ketulusan hati tuk bantu
Berlandaskan sebuah tujuan tuk tumbuh kan semangat
Walau tak segudang barang yang ia beri
Namun celah-celah harapan ia persembahkan
Dengan para anggota penggeraknya
Membantu dengan ketulusan dan kejujuran
Niat baik itu tersampaikan
Lelah itu terbayarkan
Terimakasih PKH
Teruslah terangi jiwa yang tegang
Sinari diri yang Malang
Hidup PKH
Jayalah PKHÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H