Mohon tunggu...
Boy N.
Boy N. Mohon Tunggu... Freelancer - A story teller

All this talk about equality. The only thing people really have in common is that they are all going to die.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gudeg Basah Bu Ninik Jalan Monjali: Sambal Krecek Penyelamat Lidah Pesisir Pantura

19 Mei 2024   15:52 Diperbarui: 19 Mei 2024   16:08 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi pecinta kuliner gudeg, Yogyakarta selalu menjadi surga.

Di antara banyaknya pilihan, Warung Gudeg Bu Ninik di Jalan Monjali menjadi salah satu favorit saya untuk memulai hari.

Buka setiap hari Senin hingga Sabtu, mulai dari jam 5 pagi, warung ini selalu ramai dikunjungi para pecinta gudeg. Tak heran, aroma gudeg basah yang menggoda dan pilihan lauk pauk yang beragam, membuat siapapun ingin mencicipinya.

Terletak di Gg. Jragem No.28, Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, warung ini menawarkan gudeg basah dengan cita rasa khas Yogyakarta yang manis dan gurih.

Lalu, apakah saya menyukai gudeg?

Menjadi warga sebuah wilayah bukan berarti harus cocok dan menggemari makanan khasnya.

Apalagi, status warga yang disandang hanya secara administratif, alias tidak lahir dan mengalami masa tumbuh kembang di situ.

Antrean di Warung Gudeg Basah Bu Ninik.(Dok. pribadi Boy N.)
Antrean di Warung Gudeg Basah Bu Ninik.(Dok. pribadi Boy N.)
Bagi mereka yang baru pindah atau menetap di suatu wilayah, wajar jika belum terbiasa atau tidak menyukai makanan khasnya.

Bahkan, sudah menetap dan membaur selama puluhan tahun pun tidak menjamin seseorang berubah menjadi warga lokal dalam hal ideologi makanan.

Bisa jadi, lidah mereka belum terbiasa dengan cita rasa yang berbeda, atau memiliki alergi atau pantangan terhadap bahan-bahan tertentu.

Untungnya,saya tidak termasuk dalam kategori kedua.

Masalahnya, lidah saya cenderung kurang cocok untuk tipe masakan manis seperti gudeg.

Gudeg, hidangan ikonik dari Yogyakarta, terkenal dengan rasa manisnya yang khas.

Konon, pada masa kejayaan Kesultanan Mataram Islam, gula merupakan bahan makanan yang berharga dan simbol kemewahan.

Penggunaan gula dalam masakan pun menjadi tren, termasuk pada hidangan nangka muda yang diolah menjadi gudeg.

Selain itu, ketersediaan gula jawa yang melimpah di wilayah Yogyakarta juga turut mendorong penggunaan gula dalam masakan. Gula jawa tidak hanya memberikan rasa manis, tetapi juga membantu mengawetkan makanan, hal yang penting pada masa itu.

Seiring waktu, rasa manis gudeg menjadi ciri khas yang melekat dan digemari masyarakat. Kini, gudeg manis menjadi identitas kuliner Yogyakarta yang digemari banyak orang, dan konon menjadi simbol keramahan dan kekayaan budaya Jawa.

Persoalannya, Jawa bagian mana?

Saya juga lahir sebagai orang Jawa di bagian pesisir utara yang lekat dengan stigma keras dan kasar,terutama dalam berbahasa.

Di tempat kelahiran, rasa asin atau pedas merupakan tradisi kuliner yang telah diwariskan turun-temurun. Hal ini menjadi identitas budaya dan digemari masyarakat setempat.

Sedangkan cita rasa masakan Yogyakarta umumnya lebih manis dan gurih, dengan penggunaan rempah-rempah yang lebih moderat. Ya, gudeg adalah contoh paling konkrit.

Namun, bukan berarti saya tidak menyukai atau anti masakan khas tersebut.

Prinsipnya, jika ada makanan dan perut lapar, yang realistis saja. Tak usah jadi picky eater dan bermanja-manja.

(Dok. pribadi Boy N.)
(Dok. pribadi Boy N.)
Toh, ada satu elemen dari dugeg yang jadi favorit saya, yakni krecek.

Krecek diolah dari kulit sapi yang dikeringkan dan diolah menjadi masakan.

Biasanya dimasak dengan bumbu rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan santan, menghasilkan rasa gurih dan pedas yang khas.

Krecek memiliki tekstur kenyal dan renyah, menjadikannya pelengkap yang sempurna untuk berbagai hidangan, seperti nasi putih, gudeg, atau lontong.

Bumbu krecek yang cenderung pedas inilah yang menyelematkan lidah saya saat menyantap gudeg.

Satu hal lagi, biasanya yang saya beli di Warung Gudeg Bu Ninik ini adalah sambal krecek tahu.Ya, cukup Rp5000 atau Rp10.000, sambal itu siap mengguyur sepiring nasi putih di rumah, tanpa nangka yang jadi ciri khas gudeg.

Krecek awet juga untuk lauk di siang hari, bahkan malam hari, tentunya disimpan dulu di kulkas.

Ada juga faktor lain kenapa saya akhirnya terbiasa menyantap gudeg, terutama saat sarapan.

Faktor itu adalah keadaan atau situasi di pagi hari yang dihadapi sebagai rutinitas.

Setahun selepas Reformasi, saya mulai menjejakkan kaki di wilayah tanah Sultan ini.

Sejak itu saya mulai paham bahwa menu-menu sarapan yang bisa dijual saat pagi adalah gudeg.Kalau tidak gudeg ya soto.

Gudeg, soto, gudeg lagi.

Soal soto, saya pun tidak terlalu suka soto khas dari wilayah ini. Namun, ada 2 soto dari tempat ini yang saya rasa cocok sekali dengan lidah.Lain kali saya bahas.

Kembali lagi ke gudeg.

Bagi saya, Warung Gudeg Bu Ninik bukan hanya tempat untuk menikmati hidangan lezat, tetapi juga solusi praktis untuk sarapan.

Pilihan lauk pauk yang beragam, termasuk bubur rempelo ati, menjadikannya pilihan tepat untuk anak-anak yang menyukai menu tersebut.

Jika sedang mencari tempat sarapan yang lezat, praktis, dan ramah di kantong, Warung Gudeg Basah Bu Ninik adalah pilihan yang tepat. Jangan lupa untuk mencicipi sambal kreceknya yang khas, cocok untuk penyelamat lidah yang tak doyan rasa manis.***

@bngroho Gudeg Basah Bu Ninik di Jalan Monjali. #kuliner #Yogyakarta #gudeg #gudegbasah #monjali #Sleman #food #indonesianfood  suara asli - Boy N.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun