Namun, bukan berarti saya tidak menyukai atau anti masakan khas tersebut.
Prinsipnya, jika ada makanan dan perut lapar, yang realistis saja. Tak usah jadi picky eater dan bermanja-manja.
Toh, ada satu elemen dari dugeg yang jadi favorit saya, yakni krecek.
Krecek diolah dari kulit sapi yang dikeringkan dan diolah menjadi masakan.
Biasanya dimasak dengan bumbu rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan santan, menghasilkan rasa gurih dan pedas yang khas.
Krecek memiliki tekstur kenyal dan renyah, menjadikannya pelengkap yang sempurna untuk berbagai hidangan, seperti nasi putih, gudeg, atau lontong.
Bumbu krecek yang cenderung pedas inilah yang menyelematkan lidah saya saat menyantap gudeg.
Satu hal lagi, biasanya yang saya beli di Warung Gudeg Bu Ninik ini adalah sambal krecek tahu.Ya, cukup Rp5000 atau Rp10.000, sambal itu siap mengguyur sepiring nasi putih di rumah, tanpa nangka yang jadi ciri khas gudeg.
Krecek awet juga untuk lauk di siang hari, bahkan malam hari, tentunya disimpan dulu di kulkas.
Ada juga faktor lain kenapa saya akhirnya terbiasa menyantap gudeg, terutama saat sarapan.
Faktor itu adalah keadaan atau situasi di pagi hari yang dihadapi sebagai rutinitas.