Tapi setelah 11 tahun berlalu, dan beliau bertengger pada posisi tertinggi, cita-cita tersebut belum terwujud (atau malah tidak akan diwujudkan?). Yang terjadi malah sebaliknya, konflik semakin menghebat meskipun dengan kemasan semenarik mungkin.Â
Masing-masing orang merasa benar, mengedepankan alibi yang tentu saja supaya disebut benar. Tanpa sadar mereka dijangkiti aloerotisme, sadar itu buruk tapi menganggapnya baik dan wajar. Setumpuk masalah yang seharusnya bisa dibereskan akhirnya menumpuk dan membukit, yah lagi-lagi karena konflik itu belum diputus dari sejarah. Aloerotisme, lagi-lagi kata tersebut berdendang kencang di telinga saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H