Sekolah Khusus (SKH) Bina Insan Mandiri yang berlokasi di Perumahan Pondok Daru Permai, Jalan Waspada IX B.01/6 Desa Daru Kecamatan Jambe Kabupaten Tangerang Provinsi Banten merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalam masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Tangerang.
Tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Daru Jambe namun tetap harus menggunakan angkot atau kendaraan terdapat Perumahan Pondok Daru Permai yang kondisinya masih banyak berupa tanah kosong. Di sebuah rumah yang sederhana di situlah berdiri SKH Bina Insan Mandiri yang memiliki visi "Terwujudnya Peserta Didik Yang Berbudi Pekerti Luhur, Terampil, Mandiri dan Budaya Lingkungan ASRI (Aman Sehat Rindang Indah).
Tim pengajar Irfan Budi Rahayu, S.Pd yang ditemui pada tgl 20/11/24 mengatakan, bahwa murid di sini terdiri dari Tunarungu, Tunanetra, Tunagrahita, Tunadaksa dan Autisme. Semua calon murid sebelum diterima disekolah ini dilakukan assessment untuk menentukan tingkatan TK, SD, SMP, SMA dan fase atau kemampuan anak.
"Selain kegiatan di sekolah ada kegiatan di luar sekolah di antaranya berkunjung ke Puskesmas, Pemadam Kebakaran, Kantor Kepolisian dan acara outing," ungkapnya.
Kepala Sekolah, Sri Jumiyati S.Pd  menuturkan bahwa sekolah ini sudah berdiri selama 8 tahun sejak izin operasional tahun 2016,  jumlah siswa ada 41 orang dan setiap hari yang aktif hadir  dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ada  27- 30 siswa dari semua jenjang  per ketunaan dan per fase.
"Kami yayasan yang bergerak bidang sosial dalam bentuk sekolah swasta dibawah naungan  Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Provinsi Banten," terangnya.
"Alhamdulillah anak anak kami TK, SD, SMP, SMA telah banyak mengikuti perlombaan dan mendapatkan berbagai juara dan penghargaan," imbuhnya.
Sementara itu, Shinta Maharani tim pengajar,  menyampaikan  selain akademis pihaknya mengutamakan bina diri agar  mereka bisa mengurus dirinya sendiri dan kebutuhan untuk dirinya secara mandiri.
"Untuk kegiatan diluar kelas diantaranya  Pramuka, tata boga, menanam, olah raga, membuat jamu, sabun,  menganyam,  merajut, menjahit dan khusus musik alatnya sudah ada namun guru musiknya belum ada", jelasnya
"Ada program khusus yaitu terapi dalam bentuk  konsultasi murid setiap hari Senin dan Kamis oleh tim psikolog dan klinis dari eksternal",  ujarnya
Dikesempatan yang sama, Erma Husnul Khotimah, tim pengajar,  mengungkapkan kesan awal bergabung 5 tahun yang lalu agak kaget dan shock, ternyata  ada sekolah khusus di daerah pelosok dan kondis murid baik kesehatan dan hal lain masih  memprihatinkan, namun dengan berjalannya waktu seminggu sebulan dan berganti tahun, Alhamdulillah rasa kasih sayang itu timbul hingga saat ini, ungkapnya.
"Selain mengajar akademik kami juga mengutamakan pengenalan tentang  pelajaran Aqidah, Tauhid, rasa bersyukur, membangun rasa percaya diri, dan kemandirian", paparnya
Pada awalnya ada kendala baik dari murid maupun pihak orang tua, namun dengan penjelasan kepada orang tua bahwa rasa bersyukur, percaya diri dan kemandirian sangatlah penting untuk bekal mereka, Alhamdullilah proses bisa berjalan dengan baik, tandasnya.
"Kami juga mengupayakan dan mencari bakat  masing masing murid agar mereka  bisa memaksimalkan kemampuan  potensi diri kemudian dapat menghasilkan suatu yang lebih produktif, mempunyai nilai tambah dan tentunya bisa dijual", harapnya menutup pembicaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H