"Sute, coba kamu perhatikan artikel2 Oom Tjip, banyak sekali cobaan hidup yang sudah dia lalui. Tapi dia tidak pernah patah semangat. Perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku. Entah berapa banyak kegagalan, kekecewaan yang sudah dialaminya sepanjang hidupnya. Tapi Om Tjip tidak mudah menyerah, selalu berjuang dan berusaha mengejar impian hidupnya."
"Sekarang Om Tjip sudah sepuh, tapi dia masih sempat meluangkan waktu untuk menulis di Kompasiana agar pembaca bisa mengambil hikmah dari tulisannya."
"Trus, kalau Ahok gimana Suheng?"
"Ahok juga sama, sekarang dia sedang berjuang dan berusaha untuk menjadi Jakarta, kota yang dipimpinnya menjadi lebih baik. Sebagai pemimpin, tentu saja Ahok tidak bisa menyenangkan semua rakyatnya. Yang lebih parahnya, ada sebagian orang yang karena membencinya, berusaha untuk menyebarkan opini dan artikel seolah-olah Ahok mempunyai kesalahan yang berat."
"Whuaa... repot donk Suheng jadi Ahok?"
"Sute, memang iya. Repot banget!!! Tapi Ahok mirip Om Tjip, tidak pantang menyerah. Ahok tetap berusaha secara cepat merubah kota Jakarta menjadi lebih baik. Coba kalau Ahok mirip Walkot Jakut, pasti Jakarta akan amburadulll... hahaha."
"Ahh... Suheng bisa aja."
"Ada satu lagi kesamaan Ahok dan Om Tjip. Sute tahu ga?"
"Auuu aahhh... elap Suheng."
"Persamaannya adalah keterbukaan."
"Maksud Suheng keterbukaan gimana? Bukan "keterbukaan" ala Pebrianov kan?"