Lelaki 1: "nah...itu dia. seharusnya jalan pikiran dan strategi yg sama berlaku pada waktu kejadian dulu. tapi kok aneh kesatuan yg dengan kekuatan ribuan orang, panglimanya ga jadi target. malahan jenderal bintang satu jadi target. itukan ga penting buanget." sambungnya. atau mngkin terkena sakit hati, dan juga akhirnya jadi korban".
terdiam sejenak. dan teman dari si prajurit rendahan tersebut hanya manggut2. sambil menghisap tarikan rokok se-dalam2nya.
Lelaki 1: "...ada lagi", kata si prajurit rendahan.
Lelaki 2: "...opo maneh?". jawab temannya.
Lelaki 1: "...itu, opung ku, yg pak nas itu. kan beliau sebagai jenderal yg senior. yaaahhh...kok diam saja setelah kejadian kelam bangsa kita tersebut. masak beliau ga punya info ttg kejadian tersebut. baik sebelum maupun sesudah pki nya ditumpas. kan ada intel toh..., itu sekedar pemikiran saya yg prajurit rendahan lho".
Lelaki 2: "....hhmm..., bener juga, kalau aku pikir2". jawab temannya singkat. entah memang berpikir,atau menyenangkan temannya aja.
Lelaki 1: "tidak selalu diam itu emas..kata sang prajurit. saya juga teringat dengan jenderal senior lainnya, tapi peristiwa yg berbeda".
Lelaki 2: "..opo maneh", temannya menyahut ogah2an. sambil melentingkan puntung rokoknya jauh  ke semak2
Lelaki 1: "kamu pernah tahu kan....jenderal m yusuf? beliau juga salah satu saksi sejarah, ttg perpindahan kekuasaan dari soekarno ke soeharto. supersemar...tahu kan?
apa isi sesungguhnya dari surat trsbt, hanya segelintir orang yg tahu. mmg betul copian dokumen tersebut ada di sekneg, tapi kan hanya salinan yg mungkin saja telah didaur ulang". bahas sang prajurit merasa lebih tahu dari temannya.
Lelaki 2: "...terus , karepmu piye?"...tanya teman sang prajurit.