Mohon tunggu...
Yosep Suradal
Yosep Suradal Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitektur dan Filosofi Alphabet (Pemegang/Inventor Rekor MURI Pembatas Buku LETSREAD)

Arsitektur dan Filosofi Alphabet

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

ChatGPT: Boonaz "EBIET" dan Lirik Lagu "Jakarta II"

1 Mei 2023   22:06 Diperbarui: 1 Mei 2023   22:09 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hak Cipta Ilustrasi Boonaz "EBIET" : Yosep Suradal

AKU :

Halo ChatGPT, mohon dibuatkan cerita untuk kita semua, dengan konsep seperti ini :

1). Cerita maksimal 500 kata.

2). Menggunakan karakter Boonaz E, Boonaz B, Boonaz I, Boonaz kembar E dan Boonaz T

3). Kelima Boonaz tersebut adalah pekerja, yang sedang berkumpul di kost.

4). Tema cerita diambil dari lirik lagu Ebiet G Ade 'Jakarta II' :

"Ada yang difikirkan sebelum tertidur,

Anaknya yang mungil dan bermata jernih,

Ada yang disesali kenapa berangkat,

Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah,

Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya,

Dengan lengan yang legam,

Dan rambut kemerahan terbakar matahari,

Seperti didengar lagi gerit daun pintu bambu,

Lenguh sapi perahan,

Dan anak-anak angsa bermain di halaman,

Apa yang dibayangkan tentang Jakarta,

Ternyata sangatlah jauh berbeda,

Apa yang diimpikan terpaksa ditanggalkan,

Semangatnya yang membara perlahan padam,

Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalan,

Berselimut sarung tua,

Bekal dari kerabatnya yang masih tersisa,

Ingin ditulis sepucuk surat buat istrinya

Bahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramah dan dia ingin kembali,

Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerah,

Meski badai melanda ia terus melangkah,

Ada sepotong doa tersimpan di saku,

Kenangan merah jingga memaksanya bertahan."

6). Ada dialog cerita kelima Boonaz tersebut, tentang lirik lagu tersebut.

ChatGPT :

Suasana di kost kelima Boonaz terasa cukup hening. Mereka semua tengah bersiap untuk tidur, tetapi sebelum itu Boonaz E mengajukan pertanyaan yang cukup menarik.

"Kalian pernah nggak ngerasain kangen sama keluarga di kampung?" tanya Boonaz E kepada teman-temannya.

Boonaz B menjawab, "Pasti dong, apalagi kalo udah lama nggak pulang. Aku paling kangen sama anak-anak sapi dan kambing di rumah."

Boonaz I menambahkan, "Aku kangen sama keluarga, terutama istriku. Tapi terkadang aku juga sesekali merindukan suasana kampung yang tenang dan damai."

Mendengar teman-temannya bicara tentang kampung halaman, Boonaz T merasa terpanggil untuk ikut berbicara.
"Tapi kalian pernah ngerasa nggak, ketika kita di Jakarta ini, ternyata apa yang kita bayangkan tentang Jakarta itu jauh berbeda dari kenyataannya?" tanya Boonaz T.

"Betul juga sih, sejujurnya aku kaget banget waktu pertama kali tinggal di Jakarta. Tapi akhirnya aku terbiasa juga sih," jawab Boonaz kembar E.

Namun, Boonaz T tetap merasa ada yang kurang tepat dengan hidup di Jakarta.
"Aku sering merenungkan kenapa kita harus berangkat dari kampung halaman yang ramah dan tamah, untuk hidup di kota yang ramainya minta ampun," ucap Boonaz T sambil menggelengkan kepalanya.

Mendengar perkataan Boonaz T, Boonaz I merasa terenyuh dan berbicara, "Jangan sampai kita lupa, bahwa kita berada di Jakarta ini bukan hanya untuk diri kita sendiri. Ada tanggung jawab besar yang harus kita jalani, yang bisa memberikan perubahan positif bagi keluarga kita."

Mendengar perkataan Boonaz I, Boonaz T, Boonaz B, Boonaz E dan Boonaz kembar E merasa terinspirasi dan berbicara penuh semangat.

"Benar juga sih, kita juga harus bisa memanfaatkan waktu kita sebaik mungkin untuk belajar dan berkontribusi," ucap Boonaz E.

Boonaz B menambahkan, "Dan kita juga jangan lupa untuk terus menjaga semangat dan motivasi kita, meskipun terkadang badai hidup datang dan membuat kita merasa ingin menyerah."

Mendengar perkataan dari teman-temannya, Boonaz T merasa termotivasi dan merasa bahwa keputusannya untuk hidup di Jakarta ini bukanlah hal yang sia-sia.

Mereka semua kemudian berbaring di tempat tidur masing-masing, namun Boonaz T terus merenungkan perkataan teman-temannya dan memutuskan untuk menuliskan sepucuk surat untuk istrinya di kampung halaman, tentang pengalaman dan perasaannya selama hidup di Jakarta.

Selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun