"Aku juga bingung, S. Aku ingin sekali menjadi dokter hewan, tapi aku takut tidak punya biaya untuk kuliah. Apalagi baju dan celana kita ini sudah robek-robek dan ditambal-tambal." sahut Boonaz I sambil menunjuk pakaian mereka yang sudah usang.
"Ah, jangan minder dong, teman-teman. Baju dan celana kita yang robek-robek itu bukan halangan untuk kita sekolah. Yang penting kita punya semangat dan tekad yang kuat. Kita harus percaya diri dan tidak malu dengan keadaan kita." kata Boonaz G dengan nada semangat.
"Iya, G benar. Kita harus bersyukur karena kita masih bisa sekolah meskipun dengan fasilitas yang minim. Kita harus belajar dengan giat dan rajin agar bisa mendapatkan beasiswa atau bantuan dari pemerintah." tambah Boonaz A dengan bijak.
"Betul sekali, A. Kita juga harus saling membantu dan mendukung satu sama lain. Kita kan sahabat sejati, bukan? Kita harus kompak dan solid dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan." ujar Boonaz Z dengan penuh semangat.
"Ya, ya, ya! Aku setuju dengan kalian semua! Kita adalah tim Boonaz yang hebat dan luar biasa! Kita pasti bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita asalkan kita berusaha keras dan tidak menyerah!" seru Boonaz E dengan riang.
Mereka pun bersorak-sorai dan berpelukan erat. Mereka merasakan kehangatan persahabatan yang menguatkan mereka. Mereka tidak peduli dengan pandangan orang lain yang mungkin meremehkan atau mencemooh mereka karena baju dan celana mereka yang robek-robek.Â
Mereka hanya peduli dengan cita-cita mereka yang ingin sekolah agar bisa menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara terompet dari arah sekolah.Â
Mereka menyadari bahwa itu adalah tanda bahwa jam pelajaran akan segera dimulai. Mereka pun bergegas meninggalkan kebun kemiri dan berlari menuju sekolah.
"Zambu mbira, beru dhaka meko ki , asa miu sekola ema!" teriak Boonaz S sambil berlari.Â