Boonaz K, Boonaz O, Boonaz M, dan Boonaz P pun bersemangat untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka sepakat untuk menggunakan Kompasiana sebagai media untuk mempublikasikan artikel mereka. Mereka juga berencana untuk membahas tema dan ide artikel bersama-sama di teras sekolah setelah pulang.
Namun, ketika mereka sampai di teras sekolah, mereka melihat ada lima orang siswa lain yang sudah duduk di sana. Mereka adalah Boonaz A, Boonaz S, Boonaz I, Boonaz N, dan Boonaz Kembar A. Mereka juga merupakan pengguna Kompasiana, tetapi memiliki gaya menulis yang berbeda dengan keempat sahabat tadi. Mereka lebih suka menulis artikel yang bersifat personal, seperti pengalaman pribadi, curhatan, tips dan trik, atau cerita fiksi.
Boonaz A, Boonaz S, Boonaz I, Boonaz N, dan Boonaz Kembar A juga mendapat tugas yang sama dari guru Bahasa Indonesia. Mereka juga ingin menggunakan Kompasiana sebagai media untuk mempublikasikan artikel mereka. Mereka juga sedang membahas tema dan ide artikel di teras sekolah. Ketika kedua kelompok itu bertemu, terjadilah dialog sebagai berikut:
Boonaz K: "Halo teman-teman! Apa kabar? Kalian juga mau nulis artikel buat tugas Bahasa Indonesia?"
Boonaz A: "Halo! Iya nih, kita juga lagi nyari ide nih. Kalian udah punya tema belum?"
Boonaz O: "Belum nih. Kita mau diskusi dulu bareng-bareng. Kalian mau ikut diskusi juga?"
Boonaz S: "Boleh juga sih. Tapi kita punya gaya menulis yang beda lho sama kalian."
Boonaz M: "Oh iya? Gimana bedanya?"Boonaz I: "Kita lebih suka nulis artikel yang personal gitu. Yang ada unsur emosi dan imajinasi kita."
Boonaz N: "Iya. Kita nulis apa yang kita rasakan atau pikirkan. Kita nggak peduli sama fakta atau data."
Boonaz Kembar A: "Iya! Kita nulis buat ekspresi diri kita. Kita nggak mau dibatasi sama aturan jurnalistik."
Boonaz P: "Wah, kok bisa gitu? Kan tugasnya harus nulis artikel jurnalistik."