Mohon tunggu...
Bonifasius AdiSuryanto
Bonifasius AdiSuryanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Sekarang menjadi seminaris di Seminari Menengah St. Canisius Mertoyudan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Imam Dalam Pelayanannya Terhadap Gereja di Zaman Ini

28 Februari 2023   08:48 Diperbarui: 28 Februari 2023   09:05 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lantas melihat berbagai hal tersebut, Gereja akan terus-menerus membutuhkan imam-imam yang mampu memimpin Gereja dengan baik sehingga Gereja tetap mampu bertahan hingga saat ini. Tetapi sebelumnya kita masih perlu menekankan kembali tugas umum imam sebagai gembala Gereja. Imam sebagai penerus Yesus dalam karyanya, juga harus menjalankan tugas-tugas Yesus dalam tugasnya sehari-hari. Yaitu tugas sebagai imam, nabi, dan raja.

Tugas imam sebagai imam, sesuai dengan namanya, imam memiliki empat wewenang untuk melakukan empat cara pengudusan yakni liturgi, doa-doa, rekonsiliasi, dan amal kasih. 

Pengudusan melalui liturgi adalah Perayaan Ekaristi dan perayaan enam sakramen lainnya. Pengudusan melaui doa-doa hendaknya imam menghayati hidup doa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelayanannya juga, imam harus bisa menjalin hubungan personal dengan umatnya terutama dalam membimbing umatnya untuk bertobat dan berjalan di jalan yang benar. 

Selain dalam bimbingan, imam juga perlu secara nyata melakukan tindakan amal kasih. Imam harus mau secara langsung terjun dalam kehidupan umatnya, mengenal, dan membantu umatnya. Seorang imam tidak boleh bertindak mementingkan diri sendiri karena pada dasarnya imam adalah pelayan umat.

Tugas imam sebagai nabi berarti bahwa imam memiliki kewajiban untuk memberikan katekese dan homili atau khotbah. Imam memberikan pengetahuan dan pengalaman imam. 

Pengetahuan adalah ajaran iman, sosial dan moral. Dalam mewartakan pengetahuan ajaran iman, sosial, dan moral hendaknya disampaikan dengan cara yang tepat. Imam harus bisa melihat konteks keadaan sosial dan target penyampaian. 

Misalnya dalam pewartaan di kota, berbeda dengan cara pewartaan di desa. Juga dalam mewartakan kepada orang tua dengan orang muda. Cara yang dipakai haruslah berbeda namun haruslah inti dari pewartaan tersebut tetap sama. Juga dalam pewartaan itu, hendaknya membuat iman umat beriman menjadi hidup, eksplisit, dan operatif. Iman yang hidup berarti mampu menggerakkan orang untuk mau berbuat baik sesuai yang diajarkan. 

Imam yang eksplisit berarti iman yang dapat dilihat secara nyata yaitu terutama melalui tindakan-tindakan hidup sehari-hari. Iman yang operatif berarti iman tersebut mampu mengerjakan sesuatu, maksudnya adalah iman tersebut mempunyai pengaruh kekuatan untuk membentuk diri. Iman tersebut berpengaruh pada cara berpikir yaitu kemampuan mempertimbangkan dan mengambil keputusan, bertindak sesuai keputusan yang sudah dibuat, serta berkata-kata sesuai dengan apa yang dipertimbangkan.

Imam sebagai raja berkaitan dengan pemerintahan dan hierarki. Namun maksud sebagai raja ini berarti sebagai pemimpin yang mampu membimbing umatnya. Raja bukan berarti yang dilayani, melainkan yang melayani umat. Keberadaan pemerintahan dan hierarki menunjukkan adanya kehidupan bersama. 

Sehingga dalam melayani umatnya, imam harus menghayati bahwa umatnya adalah Gereja yang satu sehingga tidak boleh mementingkan beberapa pihak saja. Juga dalam karyanya memimpin umat, imam harus memiliki kemampuan-kemampuan berorganisasi yaitu administrasi. Hendaknya imam sebagai pemimpin dapat mengarahkan jalannya kehidupan Gereja sesuai dengan ajaran Gereja.

Melihat tugas-tugas imam tadi, di zaman sekarang, para imam semakin dituntut untuk bisa lebih baik dalam menjalankan tugasnya. Banyak tantangan-tantangan baru di zaman ini, terutama karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Tantangan-tantangan itu berupa mudahnya informasi palsu menyebar. Selain dalam bidang informasi, dalam bidang sosial juga muncul berbagai tantangan. Sikap hidup yang individualis dan hedonis merupakan masalah bagi keberlangsungan Gereja di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun