Mohon tunggu...
bonekpalsu
bonekpalsu Mohon Tunggu... profesional -

Bonek palsu yg bejo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Kesalahan Sepele Umat Islam di US (dan Negara Mayoritas Non Muslim)

8 Desember 2015   04:56 Diperbarui: 14 Desember 2015   15:02 110196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Double Parking"][/caption]Pada tahun 2006 aku menghadiri ceramah Tariq Ramadan, cucu dari tokoh terkemuka Mesir Hasan Al-Bana, yang dilahirkan dan hidup di Swiss. Ceramah bertempat disebuah ruang perkantoran di Redmond-WA, yg disewa sebagai masjid sebelum kita punya masjid permanent. Isi ceramah beliau sangat menarik, dan dimulai dengan sebuah cerita (nyata) tentang dua orang Polisi Swiss yang menunggu seorang pemilik mobil karena parkir sembarangan didepan sebuah masjid.

Pemilik mobil tidak merasa bersalah dan berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru mengejar waktu sholat dan terpaksa harus parkir ditempat itu agar tidak terlambat sholat berjamaah. Dua polisi yang menilang itu menggeleng geleng kan kepalanya ....... tidak mengerti dengan jalan pikiran pemilik mobil itu: kenapa untuk melakukan sebuah perbuatan yang seharus nya baik dan benar (sholat berjemaah di mesjid) muslim itu harus melanggar hukum terlebih dahulu? Kenapa sebuah perbuatan benar harus dimulai dengan perbuatan yang salah? Tiket tilang tetap diberikan oleh polisi Swiss ke sipemilik mobil.

[caption caption="Parkir Yang Jelas Salah"]

[/caption]

Cerita soal parkir sembarangan itu tentu saja disambut gelak ketawa yang ramai-bergemuruh oleh yang hadir diacara itu, karena soal perparkiran kami semua sangat mengerti, sangat paham, dan juga terjadi di masjid-masjid disekitar Seattle. Sampai sekarang. Ada lebih dari satu masjid di Seattle dan sekitarnya yang harus ditutup (dicabut izinnya) oleh City karena sudah berkali kali dan sudah sangat keterlaluan melanggar peraturan lalu-lintas (terutama parkir). Tidak ada sangkut pautnya dengan Islamophobia sama sekali.

Sampai diantara kita orang orang Indonesia ada guyonan: kalau mau membuat bank, toko-toko tutup atau pindah gampang sekali. Sewa sebuah tempat didekat bank/toko tersebut untuk masjid. Bisa dipastikan akan banyak complain dari bank, toko2 terdekat soal parkir dan etika pengemudi (muslim) di area tersebut. Customer bank dan toko menjadi enggan, malas masuk area dan memilih ke tempat lain, sehingga bank dan toko bisa bangkrut atau harus pindah.

Ketika komunitas Muslim Indonesia di utara Seattle menyewa sebuah tempat untuk dijadikan masjid, ibu-ibu dari Indonesia (termasuk bojoku) berinisiatif untuk membantu mengatur perparkiran ini, terutama saat Jumatan. Karena tempat parkir digedung yang kita sewa itu adalah tempat parkir umum, sharing dengan penyewa gedung lainnya (restoran, toko, dan beberapa kantor). Dan hari Jumat adalah hari yang paling krusial.

Ibu-ibu dr Indonesia harus melawan dingin dan juga hujan untuk mengatur dan menjaga agar mobil mobil yang berdatangan agar tertib parkirnya. Tempat parkir yg sudah penuh diberi tali penghalang agar tidak dimasuki oleh mobil yang bisa menghalangi mobil lain yang ingin keluar. Usaha ibu ibu membantu mengatur perparkiran ini dilakukan selama beberapa bulan dan lumayan membuat parkir disekitar masjid menjadi lebih tertib, rapi, walaupun tetap ada saja yang berusaha ngotot ingin parkir sembarangan dengan alasan yang klasik: sudah terlambat sholat Jumat.

Inisiatif ibu-ibu ini juga dimaksudkan untuk mendidik dan membiasakan jemaah mesid (Jumatan) tertib, datanglah lebih awal kalau mau parkir dekat, dan kalau datang terlambat ya resikonya parkir agak jauh. Tetapi akhirnya usaha gigih ibu-ibu itu kalah juga oleh waktu, kalah oleh kebandelan, kalah oleh kebebalan sejumlah orang yang susah sekali… sulit sekali… dan mungkin tidak bisa lagi diubah. Apa mungkin dalam pikiran sebagian orang-orang itu “biarkan saja parkir melanggar hukum, asal sholat tidak terlambat”  :(

Kemudian giliran pengurus masjid (bapak-bapak Indonesia) main agak kasar. Kalau ada yang parkir sembarangan akan di tow dan pemilik baru bisa mengambil mobilnya di tempat towing setelah membayar sejumlah denda. Heboh lah para jemaah yg mobilnya kena tow, ada yang pasrah, ada yang marah marah …. Towing ini berhasil membuat keadaan tertib sebentar, ya cuma beberapa bulan ….. dan akhirnya tukang towing nya menyerah juga dan area parkir kembali kacau.

Pihak landlord (pemilik gedung) mengancam akan menutup aktifitas masjid kalau masalah parkir ini tidak segera dibereskan. Sudah puluhan kali atau mungkin ratusan kali khatib/Imam Jumatan, dan pengurus mesjid woro-woro didepan microphone agar pemilik mobil tidak double parking, menghalangi mobil lain. Tapi tetap saja ada orang orang bebal, bandel, super duper ndableq yang melakukan double parking. Dan parahnya para pelaku double parking ini terlihat santai tidak terburu buru memindahkan mobilnya, tapi malahan menyempatkan sholat sunat, ngobrol sama teman, menelpon dan pura-pura tidak tahu.

Padahal ada banyak mobil yang sedang menunggu. Kalau ada yang menegur bisa dipastikan ada pertengkaran dan biasanya justru pembuat onar ini lebih galak dan membuat orang malas menegur. Biarin aje suka-suka gue, bukan urusan lu, itu kan urusan para pengurus masjid .... haduh tobat! Agar masalah parkir ini bisa berkurang, pengurus masjid mengadakan 2 kali Jumatan. Yg pertama jam 12:30pm, yang kedua jam 1:30pm. 2 Jumatan ini bisa membantu sedikit masaalah parkir ini, tapi ada saja yg super bebal untuk parkir sembarangan.

Sudah ada beberapa kali kejadian pemilik mobil pengunjung toko, restoran, atau tamu kantor (diatas masjid) yang masuk masjid tanpa membuka sepatu (karena memang mereka non-muslim yang tidak tahu adab masuk masjid) memprotes marah karena mobil mereka terhalang. Malahan pernah suatu saat saat kita mengadakan acara di masjid ada perempuan bule masuk kedalam mesjid bersepatu dan marah-marah karena mobilnya terhalang.

Kita jadi malu dan sedih sekali ....... Usaha sebagian orang Indonesia untuk menyewa dan membangun mesjid tenyata bukan hanya terhambat karena alasan dana, tapi bisa terhambat karena karakter muslim yang tidak bisa tertib.

[caption caption="Parkir sepatu juga berantakan"]

[/caption]

Bukan soal parkir mobil saja yg jadi masalah, ada masalah ‘kecil’ lainnya seperti parkir sepatu. Sudah dibuatkan/dibelikan rak sepatu tetap saja berantakan.

Soal wudhu lain lagi. Fasilitas kamar mandi di US memang dibikin kering, yang ada WC dan westafel untuk cuci tangan/muka, tidak ada bak mandi dan lantai harus kering. Karena kita menyewa tempat, maka hampir tidak mungkin untuk kita meng upgrade WC+westafel menjadi WC + tempat wudhu. Wudhu harus dilakukan diwastafel. Ada banyak ulama di Seattle yg sudah mengeluarkan fatwa bahwa sepatu dan kaus kaki tidak perlu dilepas saat wudhu.

Cukup usap usapkan tangan yg sdh dibasahi air kebagian atas kaus kaki (ada juga yg bilang bagian bawah kaus kaki), jadi lantai WC+westafel bisa relative kering dan tidak becek. Tapi masih cukup banyak yang menaikkan kakinya ke westafel dan mengeringkan air wudhu dengan cara meneteskan air kelantai (ada hadist nya) sehingga bisa diduga kondisi lantai jadi becek (bau kalau lantainya karpet), dan licin karena air tetesan wudhu. Bahkan untuk masjid yang sdh ada tempat khusus wudhu pun masih ada saja yang menaikan kakinya ke wesatafel, dan parahnya akan marah kalau ditegur ….. #hanya bisa geleng geleng kepala.

[caption caption="Wudhu sambil senam .... angkat kaki"]
[/caption]

[caption caption="Mengeringkan Air wudhu harus dilantai?"]
[/caption]

[caption caption="Tempat Wudhu seperti ini sepi, lebih banyak yang pakai Westafel. Kenapa ya?"]
[/caption]

Kita sebagai muslim masih terlalu terpana dan bangga dengan nilai-nilai Islam yang formal: halal, haram, syariah … dll. Tapi sering lupa dan gagal memberi contoh riel (untuk anak, istri, keluarga, dan orang lain) nilai nilai Islami dikehidupan sehari-hari. Mungkin bisa juga dibilang gagal untuk memahami bahwa nilai Islam yang Rahmatan Lilalamin itu sifatnya Universal dan untuk semua orang.

Aku selalu teringat cerita M Sobary dalam Kang Sejo Melihat Tuhan yang menceritakan seorang guru Agama pada setiap pelajaran Agama selalu kerja bakti, membersihkan lingkungan sekolah, bukan mengajarkan untuk menghafal ayat2, rukun Islam, atau rukum Iman. Saat ada seorang murid yg protes dengan santai pak guru Agama itu menjawab "bukankah kebersihan adalah bagian dari Iman?" Pak Guru itu sedang mengajarkan salah satu hal yang mendasar tentang Islam.

Aku masih sering terheran heran kenapa banyak umat Islam yang marah-marah saat media barat memberi label negative ke  umat Islam? Ada yang selalu mengkaitkannnya dengan teori konspirasi segala ha ha ha. Padahal pada kenyataannya dalam banyak hal ya memang begitu. What they see is what you get.

Mungkin ada yg beranggapan ini adalah soal sepele, bukan soal akidah. Tapi menurutku kalau kita sudah gagal untuk hal-hal yg kecil, jangan mimpi untuk bisa berhasil ke hal yang lebih besar. Seperti awal tulisan ini: kenapa untuk melakukan sesuatu yang benar harus melalui cara yang salah?

Salam,

Sedang dingin dan hujan di Seattle, 12/7/2015

Sumber gambar: mikeleo.wordpress.com, twitter.com, www.dailymail.co.uk, www.bbc.co.uk, www.home-storage-solutions-101.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun