Sudah ada beberapa kali kejadian pemilik mobil pengunjung toko, restoran, atau tamu kantor (diatas masjid) yang masuk masjid tanpa membuka sepatu (karena memang mereka non-muslim yang tidak tahu adab masuk masjid) memprotes marah karena mobil mereka terhalang. Malahan pernah suatu saat saat kita mengadakan acara di masjid ada perempuan bule masuk kedalam mesjid bersepatu dan marah-marah karena mobilnya terhalang.
Kita jadi malu dan sedih sekali ....... Usaha sebagian orang Indonesia untuk menyewa dan membangun mesjid tenyata bukan hanya terhambat karena alasan dana, tapi bisa terhambat karena karakter muslim yang tidak bisa tertib.
[caption caption="Parkir sepatu juga berantakan"]
Bukan soal parkir mobil saja yg jadi masalah, ada masalah ‘kecil’ lainnya seperti parkir sepatu. Sudah dibuatkan/dibelikan rak sepatu tetap saja berantakan.
Soal wudhu lain lagi. Fasilitas kamar mandi di US memang dibikin kering, yang ada WC dan westafel untuk cuci tangan/muka, tidak ada bak mandi dan lantai harus kering. Karena kita menyewa tempat, maka hampir tidak mungkin untuk kita meng upgrade WC+westafel menjadi WC + tempat wudhu. Wudhu harus dilakukan diwastafel. Ada banyak ulama di Seattle yg sudah mengeluarkan fatwa bahwa sepatu dan kaus kaki tidak perlu dilepas saat wudhu.
Cukup usap usapkan tangan yg sdh dibasahi air kebagian atas kaus kaki (ada juga yg bilang bagian bawah kaus kaki), jadi lantai WC+westafel bisa relative kering dan tidak becek. Tapi masih cukup banyak yang menaikkan kakinya ke westafel dan mengeringkan air wudhu dengan cara meneteskan air kelantai (ada hadist nya) sehingga bisa diduga kondisi lantai jadi becek (bau kalau lantainya karpet), dan licin karena air tetesan wudhu. Bahkan untuk masjid yang sdh ada tempat khusus wudhu pun masih ada saja yang menaikan kakinya ke wesatafel, dan parahnya akan marah kalau ditegur ….. #hanya bisa geleng geleng kepala.
[caption caption="Wudhu sambil senam .... angkat kaki"][/caption]
[caption caption="Mengeringkan Air wudhu harus dilantai?"][/caption]
[caption caption="Tempat Wudhu seperti ini sepi, lebih banyak yang pakai Westafel. Kenapa ya?"][/caption]
Kita sebagai muslim masih terlalu terpana dan bangga dengan nilai-nilai Islam yang formal: halal, haram, syariah … dll. Tapi sering lupa dan gagal memberi contoh riel (untuk anak, istri, keluarga, dan orang lain) nilai nilai Islami dikehidupan sehari-hari. Mungkin bisa juga dibilang gagal untuk memahami bahwa nilai Islam yang Rahmatan Lilalamin itu sifatnya Universal dan untuk semua orang.
Aku selalu teringat cerita M Sobary dalam Kang Sejo Melihat Tuhan yang menceritakan seorang guru Agama pada setiap pelajaran Agama selalu kerja bakti, membersihkan lingkungan sekolah, bukan mengajarkan untuk menghafal ayat2, rukun Islam, atau rukum Iman. Saat ada seorang murid yg protes dengan santai pak guru Agama itu menjawab "bukankah kebersihan adalah bagian dari Iman?" Pak Guru itu sedang mengajarkan salah satu hal yang mendasar tentang Islam.
Aku masih sering terheran heran kenapa banyak umat Islam yang marah-marah saat media barat memberi label negative ke umat Islam? Ada yang selalu mengkaitkannnya dengan teori konspirasi segala ha ha ha. Padahal pada kenyataannya dalam banyak hal ya memang begitu. What they see is what you get.
Mungkin ada yg beranggapan ini adalah soal sepele, bukan soal akidah. Tapi menurutku kalau kita sudah gagal untuk hal-hal yg kecil, jangan mimpi untuk bisa berhasil ke hal yang lebih besar. Seperti awal tulisan ini: kenapa untuk melakukan sesuatu yang benar harus melalui cara yang salah?
Salam,