Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Kasih Natal di Gubuk Tua

23 Desember 2017   16:06 Diperbarui: 23 Desember 2017   16:16 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BEBERAPA minggu berselang tiga orang warga membawa nenek penghuni gubuk tua itu ke Puskesmas dimana dokter Gaby bertugas.

Alangkah kagetnya saat dokter itu mengenali orang yang dibawa warga tadi adalah neneknya si Shinta. Kondisi nenek ini kritis. Kurus dan badan kebiru-biruan semua. Nenek ini mengalami sakit yang tak bisa ditolong lagi. Sehari dirawat nenek ini akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Dokter Gaby tak tahan meneteskan air matanya. Ia bisa merasakan bagaimana perasaan Shinta ketika orang-orang yang mencintainya harus pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya?

Dokter Gaby sendiri yang mengurusi jenazah neneknya Shinta.  Untuk saat ini Shinta berada di rumah kepala desa setempat. Dokter Gaby juga terlibat dalam acara pengebumian jenazah nenek itu.

Setelah semua urusan selesai dokter Gaby bertemu kepala desa untuk menyampaikan niatnya. Dokter Gaby berniat untuk membiayai hidup gadis cilik bernama Shinta itu. Kelak Shinta akan di bawa ke sebuah panti asuhan dan segala biaya hidup dan pendidikan akan ditanggung oleh dokter muda ini. Kepala desa dan beberapa keluarga terdekat Shinta menyetujui niat baik dokter Gabriel.

Setelah itu di dalam kamarnya dokter Gaby berjanji dan berjanji akan menjaga dan merawat Shinta seperti anaknya sendiri.

"Shinta, kalian telah memberi arti hidup sesungguhnya bagi saya. Saya telah menemukan kasih Natal di gubuk tua ini. Hari ini dan seterusnya saya adalah kakakmu, saya adalah orang tuamu yang menjaga dan melindungimu," janji dokter Gaby.

Salam Damai 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun