Jokowi dan Sumba
Sebagai warga negara Indonesia yang menetap di Sumba saya bangga atas kunjungan kerja Pak Jokowi ke Sumba. Ini sebuah momen budaya untuk kebangkitan ekonomi. Sumba pada umumnya memiliki potensi sumber daya alam yang cukup tetapi belum bergeliat secara ekonomi karena belum pahamnya masyarakat tentang industri kreatif.
Problema ini bukan sepenuhnya dituduh ke masyarakat tapi pemerintah perlu mencari solusi. Pemerintah harus berada di garda terdepan untuk mengurai benang kusut permasalahan ekonomi.
Kehadiran Jokowi ke Sumba memiliki arti bahwa pembangunan Indonesia saat ini tidak lagi Jawa sentris, melainkan Indonesia sentris. Pembangunan dari pinggiran Indonesia. Sehingga warga negara bisa merasakan apa yang disebut kue pembangunan.
Lantas apa keuntungan finansial bagi warga yang hadir di tengah terik itu?
Saya yakin kalau dikalkulasi secara ekonomis tidak mendapatkan keuntungan. Rugi malah ada. Tapi rakyat sadar presiden itu bukan seperti cerita dalam film sinterklas. Datang bagi bagi duit. Rakyat tahu dana kita terbatas jadi tidak seharusnya setiap saat rakyat diberi uang tunai.
Satu hal yang membuat rakyat Sumba menyemut di sana adalah naiknya rakyat biasa menjadi orang nomor satu Indonesia. Ada harapan bahwa setiap anak bangsa kelak bisa menjadi pemimpin di negeri ini termasuk menjadi presiden. Hari ini apa yang dirasakan oleh Ambu akan menjadi kebahagiaan seluruh anak Sumba yang mau bermimpi besar. Bahwa kita memiliki kesempatan yang sama asalkan mau berjuang, bekerja keras, jujur dan memiliki itikad baik berjuang demi kepentingan rakyat.
Tapi ada satu hal yang terlupakan oleh Ibu Ambu saat berada di sampingnya Presiden. Apa itu? Lupa membisik tentang nasib pegawai kontrak daerah. Ibu Ambu ini adalah eks PTT (pegawai tidak tetap) Pemda Sumba Timur. Namun karena mengikuti suaminya ia memilih menetap di Sumba Barat Daya.
Kalau seandainya itu saya, pasti sudah saya bilang, "Pak Presiden, bagaimana nasib kami para PTT terkait kebijakan rerumenerasi, Pak?"
(Salam Damai)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H