Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perjuangan Seorang Wanita Sumba Demi Foto Bersama Jokowi

14 Juli 2017   16:10 Diperbarui: 15 Juli 2017   08:59 2395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ambu Retang Bersama Pak Jokowi Foto : Ambu Retang

Kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pulau Sumba (Kabupaten Sumba Barat Daya) menyisahkan banyak cerita. Terutama saat sebagian besar masyarakat berusaha mendekati orang nomor satu Indonesia untuk mengabadikan momen langka tersebut. Kalau bisa foto barsama presiden, maksudnya.

Apa daya ketatnya pengamanan membuat sebagian warga "tak berdaya" untuk mewujudkan impian mereka. Bisa dilihat dari foto-foto yang beredar luas di dunia maya yang disebarkan oleh netizen khususnya warga Sumba, ternyata hanya orang-orang tertentu saja yang boleh berada di sekitar lingkaran Presiden RI tersebut. Khusus bagi orang-orang yang sudah terdaftar dalam sistem protokoler kepresidenan dalam kunjungan tersebut.

Tapi segilintir orang mendapatkan kesempatan istimewa termasuk seorang wanita muda bernama Rambu Retang atau biasa disapa Ambu Retang. Bagaimana perjuangan Ambu Retang, Anda bisa saksikan divideo berdurasi sekitar satu menit tiga puluh detik ini. Nonton Video Proses Ambu Retang Sampai Ketemu Presiden (sumber: Ambu Retang).

Saya menyaksikan video bagaimana proses sampai Ambu berkesempatan foto bareng dengan orang nomor satu Indonesia ini. Bagi saya pribadi ini sesuatu yang langka dan mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup.

Ia berteriak histeris. "Bapak presiden, saya jug .... (foto sama presiden)".

Suara panggilan itu terdengar beberapa kali. Dan nada suaranya bergetar. Ada harapan dan hasrat kuat kalau boleh, ia bisa foto bareng presiden. Dan Puji Tuhan, presiden kita peka dengan suara-suara dari tengah kerumunan massa. Dan Pak Jokowi memberikan isyarat. Ibu Ambu diperkenankan foto bersama dirinya (Jokowi). Foto ini lalu diunggah beserta video pendeknya bagaimana proses Ibu Ambu sampai bisa foto bareng Pak Presiden. Banyak komentar pujian, kekaguman atas kesempatan emas yang diperoleh Ibu Ambu.

Ambu Retang diapit (kiri ke kanan) oleh Bupati Sumba Barat Daya, Presiden Joko Widodo dan Gubernur NTT (Jas Motif) (Foto : Ambu Retang)
Ambu Retang diapit (kiri ke kanan) oleh Bupati Sumba Barat Daya, Presiden Joko Widodo dan Gubernur NTT (Jas Motif) (Foto : Ambu Retang)
Seorang presiden yang mau merasakan bau keringat rakyatnya. Yang tangannya tak sungkan menyentuh kulit kasar rakyatnya. Dia presiden rakyat. Pilihan rakyat dari semua golongan.

Teman-teman pembaca di manapun Anda berada. Pulau Sumba terdiri dari 4 kabupaten, yaitu: Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah. Keempat kabupaten ini memiliki kekhasan tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, bahasa dan keindahan panorama alamnya.

Eksotisme alam akan memanjakan mata Anda ketika Anda menjejakan kaki di tanah Sumba. Sirih pinang akan menjadi suguhan perdana saat menjamu Anda. Senyum dan keramahan begitu alamiah saat menyambut Anda.

Kehadiran Pak Jokowi ke Sumba kali ini dalam rangka membuka festival tenun ikat se-Sumba. Dan sekaligus penutupan rangkaian Festival Sandalwood, Parade 1001 Kuda Sumba.

Festival Tenun Ikat Se-Sumba ini dari sumber yang bisa dipercaya diikuti oleh ribuan peserta. Tepatnya 2017 peserta. Baik peserta festival tenun ikat dan peserta Parade 1001 Kuda Sandalwood ini berasal dari empat kabupaten yang ada di Pulau Sumba.

Atraksi Umbu (laki-laki) Sumba saat Memberi Hormat kepada Presiden RI Joko Widodo saat Di Atas Kuda ( Foto : Humas Sumba Barat)
Atraksi Umbu (laki-laki) Sumba saat Memberi Hormat kepada Presiden RI Joko Widodo saat Di Atas Kuda ( Foto : Humas Sumba Barat)
Nah teman teman, selain keunikan beragam jenis kain dan kuda sandalwood, keunikan lain adalah kubur batu besar (megalitik). Sampai hari ini masih banyak orang Sumba membuat kubur batu ukuran besar. Tapi itu khusus diperuntukkan bagi kelompok masyarakat kelas atas. Mereka bilang kaum maramba (bangsawan). Dan masih banyak keunikan lain yang sudah mendunia seperti Danau Wekuri, Pasola dan Kain Kaliuda.

Jokowi dan Sumba
Sebagai warga negara Indonesia yang menetap di Sumba saya bangga atas kunjungan kerja Pak Jokowi ke Sumba. Ini sebuah momen budaya untuk kebangkitan ekonomi. Sumba pada umumnya memiliki potensi sumber daya alam yang cukup tetapi belum bergeliat secara ekonomi karena belum pahamnya masyarakat tentang industri kreatif.

Problema ini bukan sepenuhnya dituduh ke masyarakat tapi pemerintah perlu mencari solusi. Pemerintah harus berada di garda terdepan untuk mengurai benang kusut permasalahan ekonomi.

Kehadiran Jokowi ke Sumba memiliki arti bahwa pembangunan Indonesia saat ini tidak lagi Jawa sentris, melainkan Indonesia sentris. Pembangunan dari pinggiran Indonesia. Sehingga warga negara bisa merasakan apa yang disebut kue pembangunan.

Lantas apa keuntungan finansial bagi warga yang hadir di tengah terik itu?

Saya yakin kalau dikalkulasi secara ekonomis tidak mendapatkan keuntungan. Rugi malah ada. Tapi rakyat sadar presiden itu bukan seperti cerita dalam film sinterklas. Datang bagi bagi duit. Rakyat tahu dana kita terbatas jadi tidak seharusnya setiap saat rakyat diberi uang tunai.

Satu hal yang membuat rakyat Sumba menyemut di sana adalah naiknya rakyat biasa menjadi orang nomor satu Indonesia. Ada harapan bahwa setiap anak bangsa kelak bisa menjadi pemimpin di negeri ini termasuk menjadi presiden. Hari ini apa yang dirasakan oleh Ambu akan menjadi kebahagiaan seluruh anak Sumba yang mau bermimpi besar. Bahwa kita memiliki kesempatan yang sama asalkan mau berjuang, bekerja keras, jujur dan memiliki itikad baik berjuang demi kepentingan rakyat.

Tapi ada satu hal yang terlupakan oleh Ibu Ambu saat berada di sampingnya Presiden. Apa itu? Lupa membisik tentang nasib pegawai kontrak daerah. Ibu Ambu ini adalah eks PTT (pegawai tidak tetap) Pemda Sumba Timur. Namun karena mengikuti suaminya ia memilih menetap di Sumba Barat Daya.

Kalau seandainya itu saya, pasti sudah saya bilang, "Pak Presiden, bagaimana nasib kami para PTT terkait kebijakan rerumenerasi, Pak?"

(Salam Damai)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun