Mohon tunggu...
Bonavantura Sampurna
Bonavantura Sampurna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis sastra dan karya ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Debu

22 Februari 2023   07:55 Diperbarui: 22 Februari 2023   08:02 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk termenung di sudut Kapela

Bangkunya yang keras mengusik,

Hawanya yang panas gerah,

Semua hampir kulupa saat nyanyian sendu "hanya debulah aku" dinyanyikan penuh rindu

Pagi ini,

Setelah ditaburi abu,

Jiwa digauli kalbu,

Tubuh dirubuhi sesal

Aku tersentak dan berkata menebah dada: mea culpa, mea culpa.

Hidup tidak lebih dari debu dipoles kulit

dan aku tak mau mengaduh

Rintih peluh dalam kerapuhan adalah aku yang Picik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun