Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pedagogi Keberlanjutan

29 Agustus 2024   08:31 Diperbarui: 29 Agustus 2024   08:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia silih berganti mengalami beragam fase kehidupan. Kehidupan di perkotaan rentan terhadap beragam permasalahan. Permasalahan di tempat kerja/ permasalahan di rumah/ permasalahan di sekolah. Rentetan masalah tidak berujung membuat manusia mudah jatuh dalam depresi. Salah satu cara mengatasi kecemasan, kepenatan dan keluar dari permasalahan hidup adalah dengan melakukan kegiatan yang membahagiakan.

Kota di mana manusia ia tinggal dapat berkontribusi dalam mengurangi tingkat kecemasan, kepenatan, dan membantu keluar dari permasalahan hidup. Salah satu kota yang memerhatikan cakupan area RTH/ Ruang Terbuka Hijau dan penataan taman adalah Kota Surabaya. 

Mantan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini seperti dimuat dalam Kompas (13/09/2016) mengungkapkan bahwa penurunan suhu sebagai salah satu penyebab turunnya tingkat stres warga kota. Selain itu, banyaknya taman menurut Risma, menjadikan suhu udara turun dan kualitas udara meningkat.

Kota Hijau = Meredakan Stres

Kota sebagai tempat tinggal memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kota yang bising, cuaca panas, dan macet mudah menyebabkan stres bagi para peghuninya. Faktor stres yang tidak terkendali dapat menjadi penghambat terbesar kreativitas dan produktivitas manusia. Terlalu lama berkubang dalam pusaran stres akan membuat hidup manusia jatuh dalam jurang kenestapaan.

 Salah satu cara terbaik mengurangi stres adalah mengubah kota/ lingkungan tempat tinggal jadi nyaman dan menyejukkan. Memperluas RTH dan pembuatan taman merupakan salah satu solusi membuat kota menjadi nyaman untuk ditinggali dan berdampak positif untuk segenap penghuninya.

Penataan kota/ hunian yang berkelanjutan mengedepankan kepedulian yang tinggi pada kehidupan berwawasan lingkungan. Kota/ kawasan hunian yang menyediakan RTH dan ketersediaan taman mampu menciptakan lingkungan yang sejuk. Pepohonan di sepanjang jalan dan di taman mampu mengubah gas karbonmonoksida dari ragam kendaraan yang lalu-lalang menjadi oksigen. Oksigen yang berlimpah mampu menciptakan kenyamanan sebagai penghalau suhu udara panas.

Akar pepohonan di sepanjang jalan dan di taman pun mampu menyerap air hujan sehingga air hujan tidak langsung mengalir percuma ke saluran pembuangan/ got. Air hujan yang terserap baik akan menciptakan cadangan air dalam tanah.

Kesejukan kota/ kawasan hunian yang tercipta berkat jejeran pepohonan dan ketersediaan taman semakin menambah nilai estetika. Perpaduan kesejukan dan keestetisan pepohonan dan taman mampu menghadirkan efek positif (psikologis dan kesehatan) bagi warga. Contoh menarik diperoleh dari Laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2014) bahwa pengaruh keberadaan taman mampu menyebabkan penurunan angka sakit seperti sakit sistem otot, inspeksi saluran nafas, dan darah tinggi.

Ditemukan pula fakta menarik dari Jurnal Environmental Science and Technology mengungkapkan bahwa akses terhadap taman kota dapat memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat. Mathew White, seorang peneliti dari Pusat Eropa untuk Lingkungan dan Kesehatan Manusia di Universitas Exeter, Inggris menemukan fakta bahwa orang yang tinggal di kota yang lebih hijau memiliki tanda depresi atau kecemasan yang lebih sedikit. Selain itu, ditemukan bukti bahwa orang yang tinggal di wilayah dengan banyak ruang hijau lebih sedikit mengalami stres. Meskipun orang tersebut mengalami sedikit stres, ia tetap mampu membuat keputusan yang masuk akal dan berkomunikasi dengan baik.

Generasi Hijau

Kesadaran terhadap keberlangsungan dan keberlanjutan ekologi menelurkan generasi hijau. Mereka dari awal menyadari bahwa bumi dan segenap isinya perlu mendapat perlakuan yang mengedepankan kehidupan. Gerakan 3 R (reduce, reuse, and recycle) di rumah, sekolah, kampus, dan beragam instansi pemerintah/ swasta merupakan salah satu langkah sederhana untuk memuliakan lingkungan hidup. Pemilahan sampah merupakan salah satu ciri yang melekat pada generasi hijau.

Gemar menanam pohon juga melekat pada generasi hijau. Deretan pepohonan di taman rumah, taman perumahan, dan pinggiran jalan menciptakan green tunnel (kanopi hidup). Salah satu pohon yang sering dipilih oleh generasi hijau dalam gerakan menanam adalah pohon trembesi. Jenis pohon ini dapat menjadikan indeks udara bersih pada kisaran 0,18 -- 0, 24 sehingga kesejukan dan udara bersih dapat tercapai.

Selain itu, gerakan menghemat energi pun menjadi bagian gerakan generasi hijau. Gerakan mematikan lampu pada ajang Earth Hour pada hari sabtu terakhir di bulan Maret setiap tahun.  WWF (World Wide Fund for Nature) menginisiasi pada 2007 gerakan Earth Hour. Kini Earth Hour menjelma menjadi gerakan berskala global. Kegiatan peduli lingkungan ini mengajak warga dunia serentak memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak diperlukan sejak pukul 20:30 hingga 21:30 waktu setempat. Dalam konteks kekinian semakin banyak warga yang menjalankan gerakan mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak terpakai secara rutin sebagai sumbangsih untuk mengurangi pemborosan energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun