Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Quo Vadis Pendidikan Pasca Pandemi

11 Juni 2021   11:37 Diperbarui: 11 Juni 2021   11:47 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Daring - Foto KolPri

Pemelajaran dari rumah yang dahulu tak pernah terbayangkan akan terjadi kini sudah hampir lebih dari setahun dijalani oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Kesenjangan digital sungguh terasa pada masa pandemi.

Banyak sekolah khususnya di luar Pulau Jawa yang mengalami kendala untuk melakukan pemelajaran dari rumah. Tidak hanya jaringan internet yang jauh memadai, justru terkadang jaringan listrik pun masih belum tersambung secara optimal.

Suka tidak suka teknologi digital pada masa pandemi semakin terasa urgensi kebutuhan untuk kegiatan pemelajaran. Sejatinya kehadiran beragam produk teknologi mengubah lanskap kehidupan manusia..

            Perkembangan teknologi dipercaya akan menciptakan pekerjaan baru yang belum ada saat ini. Penelitian Dell bersama Institute for the Future (IFTF) mengungkap temuan bahwa 85 persen pekerjaan baru akan muncul di 2030.

Berdasarkan penelitian tersebut mengupas  fakta, bagaimana teknologi mengubah cara hidup dan kerja masyarakat. Kehadiran beragam aplikasi teknologi juga menyebabkan hilangnya sejumlah pekerjaan. Sisi berbeda, teknologi juga bisa melahirkan jenis pekerjaan baru.

Pendidikan dan Teknologi

            Tak terkecuali bidang pendidikan. Bidang pendidikan pun perlu beradaptasi dengan laju kecepatan teknologi. Pola pemelajaran perlu diadaptasi agar sesuai dengan beragam penemuan teknologi digital.

            Di era teknologi yang semakin dapat menyerupai kecerdasan manusia maka kemampuan pedagogi para pendidik harus terus ditingkatkan. Strategi mengajar pendidik perlu berinovasi. Pendidik perlu mengondisikan peserta didik semakin terampil berpikir lebih kritis, kreatif, dan inovatif.

Ketua Divisi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Smart Learning Center, Prof. Richardus Eko Indrajit mengungkapkan bahwa kemampuan para guru untuk mendidik pada era pemelajaran digital perlu disiapkan dengan memperkuat pengetahuan pedagogi siber (cyber pedagogy) pada guru.

Pedagogi siber mereposisi peran guru. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Pemanfaatan teknologi digital juga perlu dikuasai oleh guru agar mampu mendesain pemelajaran lebih dan semakin kreatif.

Quo Vadis Pendidikan Pascapandemi?

Pendidikan terdisrupsi oleh pandemi. Tiba-tiba semua insan pendidikan perlu mengubah diri. Lekas cepat beradaptasi dengan metode dan aplikasi teknologi yang sesuai dengan situasi kedaruratan pandemi. Teknologi digital mampu menjadi solusi agar pemelajaran dapat terus berlangsung.

Pedagogi siber yang bertumpu pada teknologi digital mengubah lanskap pendidikan. Guru dituntut lebih kreatif dalam mendesain pemelajaran. Prof. Eko mengingatkan bahwa dalam semua hal, mulai dari cara mengajar, membuat soal, dan hal lainnya harus diubah menjadi lebih inovatif.

Lebih lanjut beliau memberikan contoh. Dalam menyusun soal guru jangan lagi membuat soal yang mudah dicari jawabannya di internet. Sebaliknya, guru perlu membuat soal yang dapat mengarahkan peserta didik untuk berproses.

Berproses dalam arti bahwa peserta didik memerlukan beberapa tahapan hingga akhirnya mampu menjawab suatu pertanyaan.  Proses tersebut meliputi memahami alur pertanyaan, mengumpulkan beragam data melalui membaca, menarik kesimpulan terhadap kecocokan data, dan mendengarkan pendapat orang lain.

Soal yang menuntut jawaban pada ranah C1 sudah layak tidak dibuat lagi. Sebaiknya kondisikan dan arahkan peserta didik untuk dapat lebih kritis dan mengalami proses. Prof. Eko menegaskan bahwa benar atau salah saat menjawab pertanyaan tidak lagi penting.

Proses penemuan jawaban terhadap soal merupakan hal penting sebab itu melatih proses berpikir seperti mengumpulkan hipotesa, mengecek keabsahan data, lalu menyimpulkan jawaban. Proses tersebut sungguh melatih peserta didik agar kelak  semakin sigap menyambut beragam perubahan dalam kehidupan.

Pedagogi siber bersifat multi arah. Dengan teknologi digital peserta didik semakin mudah memeroleh informasi. Mereka dapat paham dan mampu mengerjakan sesuatu hanya bermodal berselancar di internet.

Teknologi sebagai Medium Interaksi Antar Pembelajar

Peran teknologi digital semakin hari semakin membuat interaksi antar manusia semakin dinamis. Melalui teknologi digital interaksi antara pendidik dengan peserta didik nirbatas. Kapan pun dan di mana pun dapat terjadi interaksi asalkan jaringan internet lancar. Kini mudah dijumpai peserta didik yang bertanya kepada guru melalui media sosial tentang suatu tema pemelajaran.

Tidak semua peserta didik berani bertanya kepada guru dalam kelas. Hadirnya media sosial mendekatkan interaksi peserta didik dengan guru. Mereka dapat mengirimkan pesan langsung ke kotak masuk akun medsos sang guru.

Jawaban dari guru kepada peserta didik yang bertanya menimbulkan komunikasi virtual. Terkadang jika dirasa kurang memahami jawaban guru, peserta didik menggunakan fasilitas panggilan video (video call).

Fernando Uffie, pengamat pendidikan yang menjabat sebagai Country Manager Extramarks Education Indonesia mengungkapkan bahwa belajar berbasis teknologi harus bisa menghadirkan sekaligus menguatkan interaksi antara siswa, guru, sekolah, dan orangtua murid. Tidak hanya di dalam sekolah, tapi juga di luar sekolah.

Pendidikan pascapandemi tetap wajib menjalankan pemelajaran dengan beberapa penyesuaian. Salah satunya dengan memaksimalkan beragam teknologi digital untuk menyelenggarakan hybrid learning.

Mengubah Metode Pengajaran

Inovasi atau punah. Satu-satunya yang pasti dalam hidup adalah perubahan. Semakin berkembangnya teknologi digital membuat guru perlu berinovasi dalam mengajar. Metode mengajar yang menganggap peserta didik sebagai obyek perlu dihilangkan.

Pada era teknologi digital peserta didik bukan lagi seperti kertas putih yang siap diisi oleh materi apapun. Kini peserta didik dapat lebih cepat mengetahui sesuatu hal dibandingkan si guru dengan pemanfaatan teknologi yang tepat.

Metode pengajaran perlu adaptif terhadap perkembangan teknologi digital. Mendikbudristek, Nadiem Makarim memaparkan bahwa kurikulum yang disusun pun harus fleksibel dan sederhana, serta berorientasi peningkatan kompetensi peserta didik. Metode pengajaran dapat semakin menarik dan variatif dengan pemanfaatan platform-platform daring (online).

Kelas Daring - Foto KolPri
Kelas Daring - Foto KolPri
Penerapan dalam Pemelajaran

Pemelajaran pascapandemi memasuki era pedagogi siber. Oleh sebab itu perlu menyiapkan peserta didik mampu memanfaatkan teknologi demi kehidupan manusia yang lebih baik. Berdasarkan penelitian Dell bersama Institute for the Future (IFTF) pada 2030, ketergantungan manusia terhadap teknologi akan semakin berkembang.

Kemampuan manusia yang terbatas akan ditunjang dengan kelebihan teknologi digital. Teknologi digital semakin membuat pekerjaan manusia lebih efisien, cepat, dan terukur hasilnya. Keunikan tiap peserta didik dapat diakomodasi dalam tiap proses pemelajaran. Penggunaan sumber belajar yang berbasis lingkungan, memerhatikan kearifan lokal, menciptakan kolaborasi, dan pemanfaatan teknologi digital membuat peserta didik semakin berakar terhadap realitas kehidupan yang nanti akan dihadapinya.

Kolaborasi guru dan siswa akan menghadirkan beragam perubahan. Penerapan pemelajaran yang menyiapkan peserta didik adaptif terhadap kemajuan teknologi digital akan mendorong mereka semakin lebih kreatif dan inovatif sehingga dapat melahirkan industri-industri baru yang berbasiskan teknologi digital.

Pedagogi siber juga menampilkan guru sebagai salah satu motor penggerak perubahan. Guru sebagai agen pencipta perubahan merupakan manusia pemelajar. Guru yang berhenti belajar sama saja "membunuh" kehidupan murid-muridnya.

Sosok guru yang mau terus belajar adalah guru yang peka terhadap kebutuhan peserta didik dan tuntutan zaman. Zaman berganti. Inovasi harga mati. Pendekatan pemelajaran pun perlu bertransformasi menyesuaikan dengan tuntutan zaman dan kebutuhan peserta didik.

Dengan situasi tersebut, Paus Fransiskus mengingatkan pentingnya tanggung jawab di dalam diri manusia. Dalam pesannya di Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2021 bahwa sebagai "pembuat konten" maupun "pembaca konten",  manusia perlu bersama- sama menyalurkan energi positif di tengah kehidupan bersama.

Pesan sederhana, "Datang dan lihatlah!" menjadi sangat bermakna di tengah kecepatan internet. Dalam bidang pendidikan setiap guru perlu memberi penekanan dalam pemelajaran bahwa kita semua perlu bertanggung jawab atas komunikasi yang kita buat, untuk informasi yang kita bagikan, untuk pengendalian yang dapat kita lakukan terhadap berita palsu. Setiap dari kita dipanggil menjadi saksi-saksi kebenaran: pergilah, lihatlah, dan wartakanlah.

Sumber 1:  Darmawan, Cecep. 2020. Menyambut Digitalisasi Pendidikan. Harian Kompas.

Sumber 2: Indrajit, Richardus Eko. Webinar Cyber Pedagogy. April 2020.

Sumber 3: https://www.mirifica.net/2021/03/13/pesan-paus-fransiskus-pada-hari-komunikasi-sedunia-ke-55/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun