Sekitar 5 menit kami berdoa, agar jalur yang benar segera ditemukan. Selang 2 menit mereka menutup doa terdengar ada suara yang menyahut. Sebelumnya kami berteriak, "Tolong, tolong, siapa saja yang dibawah mendengar," karena posisi kami masih berada di bukit.Â
Dari bawah terdengar suara menyahut, "Sini, sini lewat jalur yang tepat". Segera kami berhamburan mencari sumber suara sahutan di bawah. Puji Tuhan, kami menemukan asal suara tersebut. Mereka langsung menunjukkan jalur pendakian yang tepat. Ray tersentak! Kuasa doa begitu nyata. Kembali terngiang lagu You Raise Me Up. You raise me up so I can stand on mountains. You raise me up to walk on stormy seas. I am strong when i am on your shoulders. You raise me up to more than i can be.Â
Pukul 18.30 mereka tiba di Gegar Bentang disambut dengan cuaca yang semakin mendung dan diselingi kilat-kilat menyambar. Kawah-kawah Gunung Gede sudah diselimuti kelam malam. Tiada terlihat Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Lanang, dan Kawah Baru. Bahagia dan kuatir melebur jadi satu. Mereka bahagia, karena sudah sampai di rute yang tepat. Di sisi lain kuatir, karena cuaca yang tidak bersahabat. Melihat cuaca yang mencekam tersebut salah seorang teman wanita mengusulkan Ray memimpin doa selama pendakian menuju puncak Gunung Gede.Â
Selama mereka memanjatkan doa terasa kekuatiran terhadap cuaca dan kekurangan kondisi fisik teman. Seorang teman laki-laki memiliki keterbatasan dalam penglihatan dan teman wanita lainnya menderita asma. Cuaca yang gelap dan dingin, serta kondisi fisik kedua teman yang terbatas melipatgandakan kekuatiran Ray, namun doa tetap berlanjut.Â
Mukjizat terjadi saat sedang berdoa. Perlahan tapi pasti kondisi langit berangsur-angsur terang dihiasi oleh bintang-gemintang. Mereka terperangah, karena Tuhan mendengar. Bergegas mereka mempercepat pendakian menuju Puncak Gunung Gede. Meskipun kondisi menuju puncak gunung didominasi pasir, mereka terus melangkah penuh semangat tanpa terpeleset.
Perjalanan belum usai. Tersisa trek menurun yang curam menuju lokasi perkemahan. Trek menurun yang curam sungguh menguras energi. Jalur pendakian semakin menurun. Jalurnya seperti selokan sebab merupakan jalur air mengalir kala hujan. Di kiri kanan ada pohon cantigi (vaccinium varingifolium). Â Pohon itu yang kami gunakan untuk berpegangan saat menuruni trek, namun kala sudah sangat kelelahan terkadang mereka merosot tanpa melangkah. Tepat pukul 20.30 tiba di perkemahan teman-teman. Kedatangan mereka disambut sukacita oleh seluruh teman.
Setelah melepas dahaga Ray masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Sebelum lelap tidur melepas lelah. Dia memanjatkan doa syukur. Lirik lagu You Raise Me Up kembali mengalun  dalam benak. You raise me up so I can stand on mountains. You raise me up to walk on stormy seas. I am strong when i am on your shoulders.Â
You raise me up to more than i can be. Pengalaman tersesat di gunung menyisakan makna dalam hatinya: betapa luar biasa kuasa doa. Doa yang menyelamatkannya dari peristiwa tersesat. Kala pagi menjelang, Ray membuka mata. Keluar tenda. Di hadapannya terhampar padang savana. Sejauh mata memandang savana tersebut menjadi latar tanaman yang hanya tumbuh di ketinggian, yaitu bunga edelweis/ Anaphalis Javanica.Â
Matahari mulai menampakkan diri. Menghangatkan sekujur tubuh. Terucap doa syukur terhadap berkat keselamatan yang diperoleh. Dalam ketersesatan tersebut dia tak mengeluh, namun pengalaman mengerikan itu semakin meningkatkan relasi dengan sang pencipta. Ray percaya hidup dan mati milik kuasa-Nya. Peristiwa tersebut menyisakan satu pesan: jika Tuhan berkehendak, hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.