Inspiratif. Produktif menulis. Itu semua lekat dengan salah satu dosen UNJ (Universitas Negeri Jakarta) yakni alm. J.D Parera. Dalam mata kuliah psikolinguistik ia mengupas tentang ahli psikologi dari Rusia, Lev Vygotsky.
Beliau menyampaikan kekaguman bahwa Rusia adalah salah satu negara maju dalam beragam bidang, termasuk pendidikan. Namun beliau menyesal karena tidak mampu mengakses ragam buku ilmu pengetahuan yang berbahasa Rusia. Andai beliau mampu menguasai bahasa Rusia, sudah lebih banyak beliau menulis buku tentang kependidikan, lingustik, dan filsafat.
Kisah suksesnya dalam menulis amat menyenangkan. Buku-bukunya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Erlangga, dan Grasindo. Beliau selalu menyemangati para mahasiswanya untuk mencoba belajar bahasa Rusia hingga lambat laun mampu membaca ragam buku dari Rusia.
Inspirasi Hingga Kini
Sejak perkuliahan psikolinguistik tersebut, penulis jadi semakin menyukai ragam buku dari penulis Rusia. Salah satu yang membekas hingga kini adalah Vygotsky.Â
Psikolog yang berasal dari Rusia dan hidup pada masa revolusi Rusia mewariskan banyak pemikiran dalam bidang psikologi, pendidikan, dan kebahasaan.
Pemikiran Vygotsky dalam psikologi, pendidikan, dan kebahasaan, penulis gunakan dalam keseharian mengajar dan mendidik para murid. Penulis diberikan kepercayaan untuk mengampu pelajaran bahasa Indonesa, kepenulisan kreatif, dan media digital di sebuah SMP swasta di Serpong, Tangerang.
Dalam keseharian pembelajaran penulis menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Mengapa penulis memilih metode tersebut? Pilihan tindakan tersebut, penulis lakukan dengan berpedoman pada pemikiran Vygotsky bahwa pengetahuan ilmiah anak terbentuk dari proses relasi anak dengan lingkungan sekitar.
Saat merasakan nyaman maka mereka secara perlahan berani mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Saat berkomunikasi melalui bahasa, para murid sudah berhasil menyinkronkan antara pemikiran dan bahasa.
Vygotsky membagi dua bentuk berbahasa, yakni bahasa dalam dan bahasa luar. Bahasa dalam adalah proses berbahasa dalam benak pikiran seseorang. Sedangkan, bahasa luar adalah bahasa yang sudah dikomunikasikan dengan orang lain.Â
Berdasarkan paradigma dua bahasa Vygotsky ini, penulis semakin mudah mengenali saat seorang murid sudah mengetahui suatu jawaban dari sebuah pertanyaan.Â
Saat seorang murid mulai memahami suatu topik pemelajaran, maka gerak bola mata, alis mata, Â dan gerak bibirnya terlihat jelas dengan berani menatap langsung ke guru.
Seorang murid yang mampu melakukan pembicaraan pribadi (bahasa dalam) lebih berpeluang untuk memeroleh hasil lebih baik dalam pemelajaran, karena pembicaraan pribadi (bahasa dalam) adalah sebuah langkah awal bagi seorang murid untuk lebih mampu berkomunikasi (bahasa luar) secara sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H