Kelelahan hidup yang dialami si murid berujung pada kehendak bunuh diri. Kehendak tersebut muncul akibat ia merasa tidak bahagia, masa depan yang masih abu-abu, dan bosan menghadapi ketidakpastian hidup.
Kasus si murid ini bercermin menurut teori Schopenhauer bahwa ia mengalami kehendak bunuh diri akibat menguatnya perasaan murung (eksternal). Di titik berbeda, kehendak bunuh diri juga dapat muncul pada seseorang yang sehat dan ceria. Pada seseorang yang sehat dan ceria, kehendak bunuh dirinya terobjektivikasi karena alasan internal.
Sebagian alasan kehendak bunuh diri berdasarkan eksternal, namun kadang ada pula perpaduan antara dorongan ekskternal dan internal. Untuk menepiskan kehendak bunuh diri perlu mencari akar terbesar masalah pendorongnya.
Kasus murid ini lambat laun tergambar jelas apa alasan pendorongnya ia hendak bunuh diri. Penemuan masalah dasar itu memudahkan penulis memetakan solusi untuk membantunya menghapus selama-lamanya kehendak bunuh diri tersebut. Selama tiga bulan penulis rutin mendengar tiap keluh kesahnya baik kala jam istirahat di sekolah ataupun melalui komunikasi bbm.
Penulis menyarankan agar ia keluar dulu dari rumah orangtuanya untuk tinggal di salah satu saudara dari mamanya. Keluar dari rumah perlu dilakukan agar ia menjauhkan diri sementara dari sumber penderitaan dan gangguan emosinya, yakni rumah orangtua. Dengan keluar sebentar dari rumah orangtua, ia dapat belajar tenang dan santai. Kehidupan yang tenang dan santai akan berkontribusi untuk ia belajar melepaskan diri sementara dari kemelekatan.
Schopenhauer mengingatkan bahwa melepaskan kemelekatan berarti manusia belajar untuk semakin banyak melepaskan sesuatu hal yang bergantung di luar dirinya. Semakin manusia dapat lepas bebas, semakin ia dapat merasakan kebahagiaan hakiki dalam diri.
Keluar sementara dari rumah orangtuanya ternyata dapat melepaskan kemelekatan si murid terhadap "kebahagiaan" yang selama ini menjadikannya nyaman.Â
Tindakan keluar sementara tersebut membuat ia belajar mandiri dan belajar mengenali potensi dirinya. Penulis tetap berkomunikasi dengan murid ini hingga ia melupakan kehendak bunuh diri. Ia memutuskan untuk kuliah di bidang musik. Kala keluar sementara dari rumah orangtuanya dulu, ia menemukan ketertarikan besar pada dunia disc jockey (DJ).
Kini murid ini sudah eksis sebagai DJ. Ia pentas di dalam dan luar negeri. Tak ada yang tahu bahwa dahulu ia pernah memiliki kehendak untuk bunuh diri.Â
Bekal ilmu filsafat Schopenhauer menolong penulis untuk membantunya menjadi penyintas. Sebab Schopenhauer menegaskan bahwa syarat kebahagiaan bersumber dalam diri.Â