Sesudah mendengar kata bercerai itu, murid tersebut mengalami kemunduran konsentrasi kala pemelajaran. Lambat laun nilai-nilainya melorot. Wajahnya dominan lesu kala sudah berada di sekolah. Berseragam kusut, rambut acak-acakan, dan nyaris tanpa antusiasme.
Krisis Diri
Saluran berkomunikasi kala itu adalah bbm (blackberry messenger). Suatu kali murid tersebut mendatangi penulis untuk bertanya pin bbm. "Saya mau curhat lebih lanjut Pak, ucapnya lirih."
"Saya mau bunuh diri aja Pak, pesan yang ia kirimkan." Isi pesan tersebut sungguh mengagetkan. Segera penulis menenangkan dirinya untuk tidak melakukan tindakan gegabah. Kebetulan penulis pernah berkuliah di STF Driyarkara (Extension Course) sekitar tiga tahun. Bekal ilmu dari STF sungguh berguna saat penulis bergiat di bidang pendidikan. Beragam aliran filsafat yang pernah dipelajari dapat menjadi bekal saat mendampingi murid bertumbuh dan berkembang.
Kasus kehendak bunuh diri seorang murid tersebut membawa memori penulis terhadap pemikiran Arthur Schopenhauer. Dalam buku Kearifan Hidup, Schopenhauer pernah mengingatkan bahwa kebahagiaan manusia ditentukan oleh kekuatan mentalnya. Meskipun bergelimang harta atau berkuasa atas suatu tahta, semua hal tersebut tidak menjamin kebahagiaan.
Schopenhauer merupakan ahli metafisika Jerman terkemuka dari abad kesembilanbelas. Ia memberikan pengaruh kepada filsuf Friedrich Nietzsche, sastrawan Leo Tolstoy, Richaard Wagner, dan Thomas Mann.
Schopenhauer mengunggulkan keunggulan potensi internal dan kemandirian diri pada diri manusia. Aliran filsafatnya menyuguhkan seni menata hidup demi mencapai kebahagiaan dan kesuksesan tertinggi.
Schopenhauer menegaskan bahwa kebahagiaan bukan tentang hal di luar diri manusia, melainkan terletak di dalam batin atau mental manusia. Untuk kasus murid yang hendak bunuh diri, ia mengalami guncangan hebat sebab orangtuanya selama ini adalah unsur utama kebahagiaannya. Batin murid tersebut terkoyak sangat dalam.Â
Hilang pegangan. Sumber kebahagiaannya (orangtua) selama ini memutuskan untuk bercerai. Si murid otomatis berubah jadi pemurung, cemas, dan lebih imajinatif.
Dalam kekalutannya si murid semakin mengaktifkan imajinasinya. Ia semakin sering berandai-andai. Jika orangtuanya bercerai, lalu bagaimana hidupnya? Semua imajinasi yang berkelebatnya di kepala si murid lambat laun menimbulkan kekacauan permanen hingga berujung pada kelelahan hidup. Mau mati saja!
Kehendak Bunuh Diri