Melalui pameran IIEE 2017 di ICE BSD masyarakat dapat melihat beragam perkembangan pontren dan menyaksikan ragam program pontren yang semakin adaptif terhadap perkembangan zaman. Kebetulan dalam Kompasiana Coverage di IIEE, Kompasianers berkesempatan mewawancarai Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren) Kementerian Agama RI, Dr. Achmad Zayadi mengungkapkan bahwa dalam hal kuantitas, setidaknya jumlah pondok pesantren di Indonesia tersebar hampir di setiap penjuru tanah air dari Sabang sampai Merauke kurang lebih 30.000 pontren, dengan jumlah santri tidak kurang dari 4.000.000 orang. Selain itu, ia menegaskan pun masih ada pontren yang tidak terdata di daerah-daerah terpencil dan pelosok.
Dalam wawancara tersebut, Dr. Zayadi juga menyampaikan beragam kekhasan program pontren. Ia menyinggung tentang Santri Writing Summit (SWS) di Universitas Indonesia yang berlangsung dalam memeriahkan Hari Santri Nasional. Acara SWS menyeleksi ratusan esai para santri dari seluruh Indonesia. Para finalis dibekali beragam teknik menulis di UI. Penentuan pemenang SWS melalui penilaian isi dan presentasi esai di hadapan dewan juri. Penulis berkesempatan melakukan wawancara dengan perwakilan stan Santri Nulis. Santri Nulis merupakan penyelenggara SWS. Kegiatan SWS 2017 didukung sepenuhnya oleh PD-Pontren Kemenag RI.
Dalam sesi wawancara, Pak Zayadi sungguh antusias menyampaikan apa saja yang menjadi tujuan dari pameran IIEE. Menurutnya pameran IIEE adalah strategi kebudayaan zaman 'now' dalam mengenalkan kekhasan pontren kepada masyarakat. Beragam acara diselenggarakan agar semakin banyak masyarakat mengetahui tentang pontren. Acara yang mendapat sambutan hangat seperti lomba komik santri, santri writing summit. Selanjutnya, Dr. Zayadi menyampaikan bahwa masyarakat perlu mengetahui beragam stan dalam pameran IIEE bermuara pada Islam ramah. Program-program pontren yang semakin adaptif terhadap dunia digital siap menegaskan posisi Indonesia sebagai destinasi studi-studi keislaman untuk kalangan internasional.
Bila kau bukan anak raja,
juga bukan anak ulama besar,
maka menulislah.
(Imam Al Ghazali)
Santri Nulis bermula dari komunitas yang diinisiasi oleh para santri Pontren Modern Ummul Quro, Bogor. Dari sebuah komunitas lalu Santri Nulis menjelma jadi sebuah penerbitan. Program SWS dari Santri Nulis bahkan tahun 2017 didukung penuh oleh PD-Pontren Kemenag RI. Gerakan literasi dari Santri Nulis yang bermula dari pontren semakin mendapat sambutan hangat baik dari pemerintah maupun para santri se-Indonesia.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Minat literasi para santri semakin membuncah hingga berani dan mampu menerbitkan buku. Gerakan kecil dari Santri Nulis untuk penyadaran literasi di kalangan santri dan pontren semakin berkembang pesat di stan Santri Nulis pada pameran IIEE 2017 sungguh mengundang mata untuk berkunjung dan berlama-lama melihat beragam buku yang sudah diterbitkan oleh Santri Nulis. Beragam buku karya para santri berbaris rapi di rak stan Santri Nulis. Penulis berkesempatan bertanya seputar Santri Nulis kepada Mbak Esa. Ia merupakan salah satu yang menjaga stan Santri Nulis dan siap menjelaskan beragam program kepada para pengunjung. Ia pun mengungkapkan di balik ide kreatif Santri Nulis adalah Ustad Saiful Falah.
- Santrinulis Training Center merupakan pusat pelatihan yang memiliki visi mencetak generasi muslim yang bermanfaat dan bermartabat.
- 30 Hari Menulis Buku (HMB) merupakan pelatihan menulis daring (online) di santrinulis.com. Selama 30 hari peserta dituntut menulis.
- Kelas Menulis Intensif (KMI) merupakan pelatihan menulis untuk menghasilkan buku. Peserta pelatihan dibimbing perpaduan antara luring (offline) dan daring.
- Santri Writer Summit (SWS) merupakan ajang literasi santri nasional terbesar. Peserta diseleksi dari seluruh Indonesia.
- Santrinulis Publishing merupakan penerbitan dengan sistem self publishing.