Berkat prestasi Pak Ayo mengelola Bank SBS tahun 2012 dapat dana hibah dari STAIN Purwokerto, tahun 2014 mendapat bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup via Badan Lingkungan Hidup (BLH), mulai tahun 2013 Bank SBS menjadi tempat studi banding dan narasumber sosialisasi bank sampah di berbagai wilayah Kab. Banyumas (hlm.79).
Musibah bencana alam kadang menyesakkan dada. Korban yang berjatuhan akibat bencana membuat airmata manusia lama mengering. Trauma terhadap bencana alam perlu bertahun-tahun untuk pulih. Musibah gempa Yogyakarta pada 2006 jadi awal Supriyanto merintis usaha batik kayu sendiri. Dengan dukungan kakaknya, ia berhasil memulai usaha dan mendirikan Batik Kayu Linggarjati (hlm.85).
Kegagalan di masa lalu dan ditipu tak membuatnya ragu kembali melompat maju. Pada akhir 2011 ia memutuskan ikuti program Daya dari BTPN. Â Program Daya tersebut membuatnya mendapat pelatihan manajeman, kewirausahaan, keuangan, promosi, pemasaran, hingga pengemasan. Melalui batik kayu, Supriyanto menawarkan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang di sekitarnya (hlm. 89).
Di mana 2-3 ibu-ibu mereka menjadi berdaya. Kisah Bu Wiwik dan Bu Indra di Kota Malang dan Kabupaten Malang yang mendapat pelatihan dari BTPN menghasilkan efek luar biasa. Mereka tergabung dalam Komunitas Srikandi. Mereka memproduksi tas, dompet, daster malangan beraplikasi bordir, kaos anak-anak, mukena, serta pernak-pernik wanita (hlm.95). Bu Indra dan Bu Wiwik merasakan lebih berdaya berkat pelatihan dari BTPN. Mereka berani mengembangkan ketrampilan dan merintis usaha baru. Program Daya Tumbuh Komunitas BTPN telah mampu mengentaskan ibu-ibu kalangan prasejahtera (hlm.101).
Petani Merdeka
Pensiun dan tak produktif tak dialami oleh Pak Munadji, pensiunan guru agama di Salatiga. Di masa pensiunnya ia justru gigih mempersiapkan sumber daya manusia bidang pertanian dan perikanan. Kearifan lokal pun ia sebar luaskan dengan membagikan pranata mangsa (ilmu meteorologi Jawa Kuna untuk menentukan musim tanam). Sebagai nasabah purnabakti BTPN, Pak Munadji dilatih manajemen usaha, dan peluang usaha yang menjadikannya lebih produktif dan bermanfaat bagi lingkungan (hlm.115).
Tidak tamat SD, namun mampu mengoordinasi 3.505 petani dengan omzet Rp. 31,5 M adalah prestasi dari Dominggus Nones, sosok luar biasa yang dikupas juga dalam buku.Kolaborasi Om Minggus dan mitra petaninya berhasil mengangkat nilai biji pala dari Kab. Halmahera Utara sudah berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan siap lepas landas memenuhi permintaan konsumen organik di luar negeri (hlm. 120)
Kisah kesuksesan pasutri Taryat dan Eli dengan Alia Chocolate mendedahkan akan pentingnya doa dan ikhtiar. Penolakan tidak sepatutnya meruntuhkan harapan seorang manusia. Pasutri ini mengakui bahwa program Daya BTPN telah memberi mereka pengetahuan dan pengalaman berguna sebagai wirausahawan. Selain itu, ada kisah Pak Sunardi yang makin produktif di usia pensiun. Keberhasilannya mengundang warga di sekitarnya untuk ikut pula berwirausaha (hlm. 142).
Hidup susah tak sepatutnya selalu membuat manusia berkeluh kesah. Kisah Pak Ujang Amir dan Bu Ulyati dalam buku menyajikan lika-liku kehidupan manusia laksana putaran roda. Roda hidup pasutri ini kini berada di atas. Mereka merasakan nikmatnya tempaan dari program Daya BTPN sehingga usaha Kerupuk Sanjai Balado Kripik Oviga sudah mengentaskan hidup mereka jadi lebih baik.
Kisah-kisah dalam buku sungguh menumbuhkan harapan. Penyebar luasan kisah mereka dalam bentuk buku niscaya akan semakin melipatgandakan efek akan pentingnya harapan, semangat juang, dan keikhlasan dalam memberdayakan sesama. Mengangkat potret kisah sosok dalam buku dengan kebersahajaannya membersitkan harapan bahwa siapa pun bisa jadi pahlawan kehidupan.