Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Bola

Copa America 2015 Rasa Argentina

5 Juli 2015   03:29 Diperbarui: 5 Juli 2015   03:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membincangkan Mario Kempes, Maradona, Claudio Cannigia, Gabriel Batistuta, Ariel Ortega, dan Juan Riquelme sebagian besar pecinta sepakbola sudah mengetahui sosok dan sepak terjang mereka saat beraksi di lapangan hijau. Mereka merupakan talenta-talenta dari negara Argentina. Mereka dengan segala kontribusi saat masih aktif bermain bola sudah menyumbangkan gelar Piala Dunia dan Copa America bagi Argentina.

Zaman boleh berputar, tapi talenta sepakbola dari Argentina tak pernah surut. Kemunculan generasi-generasi baru penerus dalam sepakbola Argentina tak lepas dari peran pelatih dari usia dini, yunior hingga timnas senior. Pada gelaran Copa America 2015 bercokol pelatih asal Argentina di empat negara semifinalis. Berikut kisah 4 pelatih asal Argentina yang melatih Paraguay, Peru, Chili, dan Argentina.

 

1. PARAGUAY

Negara ini menggunakan jasa pelatih asal Argentina, Ramon Diaz. Pelatih yang lahir pada 29 Agustus 1959 ini pernah menjadi pemain sepakbola timnas Argentina. Di bawah panji tim Argentina U-20 ia bersama Diego Maradona meraih Piala Dunia Yunior pada tahun 1979. Selain itu, Diaz turut bermain pada gelaran Piala Dunia 1982.

Sesudah gantung sepatu dari lapangan hijau pada tahun 1993, Diaz mulai menapaki karir kepelatihan. Salah satu klub yang pernah merasakan keampuhan racikan strategi melatihnya adalah River Plate. Klub tersebut pada tahun 1995 dan 2003 dibawanya meraih trofi Copa Libertadores, 5 kali juara liga, dan Supercopa Sudamericana. Kesuksesan tersebut membawa Diaz ke tanah Inggris untuk menangani klub Divisi League Two, Oxford United.

Dewi fortuna belum menghampiri Diaz, karena kecemerlangannya melatih di liga lokal negaranya tak menular ke Inggris. Karir melatihnya kembali ke tanah kelahirannya. San Lorenzo dibawanya meraih Juara Clausura pada tahun 2007.
Paraguay dibawah asuhan Diaz seolah tak gentar menghadapi tim-tim dengan tradisi juara. Pada gelaran Copa America 2015 Paraguay menahan seri Argentina dan Uruguay di fase grup. Di perempat final Paraguay tak gentar menghadapi Brasil. Mereka berhasil memaksakan hasil seri yang berujung pada adu penalti. Sejarah kembali berulang, Paraguay menghempaskan Brasil dalam adu penalti.

Pada Copa America 2011 Paraguay merupakan tim yang tak pernah menang dalam waktu normal permainan 90 menit. Mereka melaju ke final dengan predikat selalu menang adu penalti. Nasib belum berpihak pada mereka, karena Uruguay berhasil mengakhiri keperkasaan Paraguay. Di semifinal kedua Copa America 2015 hampir saja Paraguay di bawah asuhan Diaz melaju ke final, namun sayang kecemerlangan menahan Argentina di fase grup tak terulang. Mereka dipecundangi amat telak oleh Argentina (6 : 1).

 

2. PERU

Penyandang predikat spesialis juara ketiga Copa America melekat pada Peru. Gelaran Copa America 2011 dan 2015 menahbiskan Peru selalu finis pada peringkat tiga. Kesuksesan Peru tak lepas dari racikan mumpuni pelatih asal Argentina, Ricardo Alberto Gareca Nardi. Publik lebih sering memanggilnya cukup Ricardo Gareca. Sebelum menjalani karir kepelatihan, Gareca pernah merumput bersama klub-klub besar di Argentina, yakni: Velez Sarfield, River Plate, Boca Juniors, dan Independiente. Selepas tidak bermain di klub lokal negaranya, ia hijrah ke klub America de Cali di Kolombia. Kontribusinya membawa klub tersebut meraih 2 gelar liga dan 3 kali runner up Copa Libertadores.

Selepas tak merumput di lapangan hijau. Gareca tak bisa jauh dari sepakbola. Sejak tahun 1996 ia menapaki karir kepelatihan di Peru bersama klub Universitario de Deportes. Kesuksesan menukangi klub Liga Peru dan Liga Argentina (Velez Sarfield) membuatnya didapuk menukangi timnas Peru. Berkat tangan dinginnya Peru hampir saja melaju ke final, namun sayang keberpihakan (?) wasit pada tuan rumah, Chili memupus asa Peru mencapai final.
Peru menunjukkan kembali kualitas terbaiknya dengan menghempaskan Paraguay pada perebutan peringkat tiga dengan skor 2: 0 dan berhasil menempatkan Paulo Guerero sebagai pemuncak sementara top skor Copa America 2015 dengan raihan 4 gol.

 

3. CHILI

Di bawah asuhan racikan strategi Jorge Luis Sampaoli Moya timnas Chili menjelma menjadi tim yang semakin diperhitungkan. Piala Dunia 2014 menjadi saksi racikan mumpuni Sampaoli hingga Chili mampu menjadi runner up Grup B dan sempat mengalahkan juara bertahan Spanyol. Dalam suatu wawancara Sampaoli mengungkapkan bahwa seluruh dunia kini sudah melihat kami. Ini adalah tim yang sangat saya banggakan. Chili bermain menyerang laiknya tim kuat.

Di gelaran Copa America 2015 ungkapan dari Sampaoli terasa kembali gaungnya. Kini dunia memandang Chili sebagai tim paling produktif (mencetak 13 gol) hingga jelang laga final yang beberapa saat lagi disiarkan langsung oleh Kompas TV pada 5 Juli mulai pukul 03.00 WIB. Salah satu pemain Chili, Eduardo Vargas bahkan bisa saja meraih gelar top skor sementara dengan raihan 4 gol. Jika ia mampu mencetak 1 gol saja, maka Vargas akan memuncaki peraih top skor Copa America 2015.

Jorge Sampaoli yang lahir pada 13 Maret 1960 di Argentina tak mengalami masa-masa gemilang saat menjadi pemain sepakbola berbeda dengan Ramon Diaz dan Ricardo Gareca. Sampaoli terpaksa mengakhiri karir sepakbolanya di usia 19 tahun akibat cedera. Karir melatihnya terentang dari klub amatir, Aprendices Casildenses hingga klub professional terakhir (2011-2012), Universidad de Chile yang dibawanya meraih treble winner. Kesuksesan di level klub tersebut mengundang Asosiasi Sepakbola Chili mengontraknya melatih timnas Chili sejak 2013. Racikan Sampaoli membuat Chili menjadi tim yang aktraktif menyerang dan tak gentar menghadapi tim manapun.

 

4. ARGENTINA

Dua kali Juara Dunia Piala Dunia dan 14 kali Copa America berhasil diraih timnas Argentina. Generasi emas Argentina kini cukup menjanjikan dan layak diperhitungkan meraih gelar Copa America 2015 setelah puasa selama 22 tahun. Baik Gareca, Diaz, Sampaoli dan pelatih Argentina saat ini Gerardo Daniel “Tata” Martino memiliki kesamaan. Mereka semua berasal dari Argentina, dahulu menjadi pemain sepakbola, dan kini mereka menjadi pelatih. Perbedaannya 3 orang, Gareca, Diaz, dan Sampaoli melatih timnas negara tetangga, sedangkan Tata Martino melatih negara kelahirannya.

Sebelum menjalani karir kepelatihan, Tata Martino merumput bersama klub Newell’s Old Boys, CD Tenerife, Lanus, O’Higgins dan terakhir melatih klub La Liga, Barcelona. Selepas tak melatih Barcelona, Tata menerima pinangan AFA (Asosiasi Sepakbola Argentina) untuk melatih timnas. Penampilan kurang impresif Argentina di fase grup dengan hanya mencetak 4 gol seperti memperlihatkan belum pas strategi yang diterapkan Tata Martino.

Pada perempatfinal pun Argentina tak mencetak gol dan harus menjalani adu penalti. Beruntung dewi fortuna menaungi Argentina. Mereka berhasil menghempaskan Kolombia dalam drama adu penalti. Andai kalah, Argentina mengulang kembali kisah Copa America 2011 kala mereka dikalahkan Paraguay dalam adu penalti di perempatfinal.

Keraguan publik terhadap racikan strategi Tata Martino terbayar lunas kala Argentina mampu menampilkan permainan berkelas dengan menghempaskan Paraguay tanpa ampun. Kemenangan telak atas Paraguay di semifinal seolah memunculkan kembali keganasan pemain-pemain Argentina menjebol gawang lawan. Siapakah yang berhasil meraih Copa America 2015 di Chili? Baik Chili atau Argentina yang juara, rakyat Argentina turut berbangga sebab dua timnas tersebut dilatih oleh dua pelatih Argentina. Tak berlebihan kiranya mengungkapkan bahwa Copa America 2015 kali ini cukup kental rasa Argentina.

Sumber Bacaan:
Harian Bola, 16 Juni 2015.
Tabloid Soccer, 28 Juni 2014.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun