Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Bola

Copa America 2015 Rasa Argentina

5 Juli 2015   03:29 Diperbarui: 5 Juli 2015   03:29 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selepas tak merumput di lapangan hijau. Gareca tak bisa jauh dari sepakbola. Sejak tahun 1996 ia menapaki karir kepelatihan di Peru bersama klub Universitario de Deportes. Kesuksesan menukangi klub Liga Peru dan Liga Argentina (Velez Sarfield) membuatnya didapuk menukangi timnas Peru. Berkat tangan dinginnya Peru hampir saja melaju ke final, namun sayang keberpihakan (?) wasit pada tuan rumah, Chili memupus asa Peru mencapai final.
Peru menunjukkan kembali kualitas terbaiknya dengan menghempaskan Paraguay pada perebutan peringkat tiga dengan skor 2: 0 dan berhasil menempatkan Paulo Guerero sebagai pemuncak sementara top skor Copa America 2015 dengan raihan 4 gol.

 

3. CHILI

Di bawah asuhan racikan strategi Jorge Luis Sampaoli Moya timnas Chili menjelma menjadi tim yang semakin diperhitungkan. Piala Dunia 2014 menjadi saksi racikan mumpuni Sampaoli hingga Chili mampu menjadi runner up Grup B dan sempat mengalahkan juara bertahan Spanyol. Dalam suatu wawancara Sampaoli mengungkapkan bahwa seluruh dunia kini sudah melihat kami. Ini adalah tim yang sangat saya banggakan. Chili bermain menyerang laiknya tim kuat.

Di gelaran Copa America 2015 ungkapan dari Sampaoli terasa kembali gaungnya. Kini dunia memandang Chili sebagai tim paling produktif (mencetak 13 gol) hingga jelang laga final yang beberapa saat lagi disiarkan langsung oleh Kompas TV pada 5 Juli mulai pukul 03.00 WIB. Salah satu pemain Chili, Eduardo Vargas bahkan bisa saja meraih gelar top skor sementara dengan raihan 4 gol. Jika ia mampu mencetak 1 gol saja, maka Vargas akan memuncaki peraih top skor Copa America 2015.

Jorge Sampaoli yang lahir pada 13 Maret 1960 di Argentina tak mengalami masa-masa gemilang saat menjadi pemain sepakbola berbeda dengan Ramon Diaz dan Ricardo Gareca. Sampaoli terpaksa mengakhiri karir sepakbolanya di usia 19 tahun akibat cedera. Karir melatihnya terentang dari klub amatir, Aprendices Casildenses hingga klub professional terakhir (2011-2012), Universidad de Chile yang dibawanya meraih treble winner. Kesuksesan di level klub tersebut mengundang Asosiasi Sepakbola Chili mengontraknya melatih timnas Chili sejak 2013. Racikan Sampaoli membuat Chili menjadi tim yang aktraktif menyerang dan tak gentar menghadapi tim manapun.

 

4. ARGENTINA

Dua kali Juara Dunia Piala Dunia dan 14 kali Copa America berhasil diraih timnas Argentina. Generasi emas Argentina kini cukup menjanjikan dan layak diperhitungkan meraih gelar Copa America 2015 setelah puasa selama 22 tahun. Baik Gareca, Diaz, Sampaoli dan pelatih Argentina saat ini Gerardo Daniel “Tata” Martino memiliki kesamaan. Mereka semua berasal dari Argentina, dahulu menjadi pemain sepakbola, dan kini mereka menjadi pelatih. Perbedaannya 3 orang, Gareca, Diaz, dan Sampaoli melatih timnas negara tetangga, sedangkan Tata Martino melatih negara kelahirannya.

Sebelum menjalani karir kepelatihan, Tata Martino merumput bersama klub Newell’s Old Boys, CD Tenerife, Lanus, O’Higgins dan terakhir melatih klub La Liga, Barcelona. Selepas tak melatih Barcelona, Tata menerima pinangan AFA (Asosiasi Sepakbola Argentina) untuk melatih timnas. Penampilan kurang impresif Argentina di fase grup dengan hanya mencetak 4 gol seperti memperlihatkan belum pas strategi yang diterapkan Tata Martino.

Pada perempatfinal pun Argentina tak mencetak gol dan harus menjalani adu penalti. Beruntung dewi fortuna menaungi Argentina. Mereka berhasil menghempaskan Kolombia dalam drama adu penalti. Andai kalah, Argentina mengulang kembali kisah Copa America 2011 kala mereka dikalahkan Paraguay dalam adu penalti di perempatfinal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun