Mohon tunggu...
Christian Bona
Christian Bona Mohon Tunggu... Lainnya - Suka Menulis

Menulis sebagai sarana berbagi pandangan dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bangsa Indonesia Belum Pantas Jadi Entrepreneur? Ini Alasannya

21 Juni 2024   16:35 Diperbarui: 21 Juni 2024   16:38 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash/Campaign Creator

Kita tentu tahu bahwa ekonomi Indonesia banyak ditopang oleh sektor UMKM. Masyarakat kecil yang membuka usaha jauh lebih berdampak daripada korporat besar.

Sektor UMKM banyak membuka lapangan kerja sehingga ekonomi bisa berputar dan daya beli masyarakat naik.

Sudah banyak usaha dari pemerintah untuk menggenjot sektor UMKM tetapi tidak memberi dampak signifikan terhadap kemajuan UMKM.

Banyak masyarakat masih bingung bagaimana cara agar UMKM mereka naik kelas. Banyak pula yang tidak mau jadi entrepreneur meskipun pinjaman untuk buka usaha dibuat berbunga rendah.

Apa yang salah dengan fakta ini? Kali ini kita akan mengulitinya bukan dari sisi kebijakan tetapi lewat kacamata lain yaitu karakteristik bangsa Indonesia.

Tahukah kalian bahwa untuk menjadi entrepreneur harus memiliki beberapa karakteristik. Nah, karakter itulah yang belum dimiliki bangsa kita

Risk Taker

Bangsa Indonesia masih banyak yang tidak memiliki sifat ini. Kebanyakan ketika selesai dari perguruan tinggi tujuannya adalah bekerja.

Mengapa bekerja? Karena setiap bulan akan mendapatkan gaji. Zona nyaman inilah yang membuat sifat risk taker tidak ada.

Bangsa Indonesia lebih baik menjadi PNS, Tentara, Polisi, Pegawai BUMN, dan Pegawai Swasta ketimbang buka usaha. Mereka menekuni pekerjaan tersebut bertahun-tahun dengan kenaikan gaji yang minim.

Serta beban kerja yang berat. Padahal membuka usaha juga sama beratnya dengan bekerja. Bedanya terletak pada resiko. Jika sukses kita akan makmur tetapi jika gagal kita kehilangan banyak uang dan waktu.

Namun, bukankah hal itu patut dicoba. Toh, menjadi entrepreneur merupakan pekerjaan halal dibanding koruptor bukan?

Lingkungan Sekitar Tidak Mendukung

Ketika ada orang yang berusaha menjadi entrepreneur dengan membuka lapak kecil. Tidak jarang banyak tetangga dan masyarakat sekitar membicarakan orang tersebut diam-diam.

Seakan menjadi entrepreneur itu tabu. Bahkan lebih parahnya, ketika orang tersebut gagal malah dicibir dan menjadi bulanan warga. Kemudian mereka menyarankan "Sudahlah, mending cari kerja aja. Lebih jelas uangnya."

Bukannya memberi semangat tetapi langsung dijatuhkan mentalnya lalu diarahkan jadi karyawan. Sungguh aneh sekali, padahal orang yang sedang gagal butuh semangat dan motivasi dari lingkungan sekitarnya.

Budaya Feodal

Masyarakat Indonesia masih sangat kental budaya feodalismenya. Mereka lebih baik berada dibawah pemerintahan seperti jadi PNS, Polisi, pegawai BUMN, dan Tentara.

Daripada mandiri dan membuka lapangan kerja sendiri. Ini sangat berbeda jauh dengan saudara kita orang Tionghoa dimana dari nenek moyangnya merupakan pedagang.

Kultur dimana anaknya dilatih menjadga toko serta membuat bisnis kecil. Semua didukung oleh keluarga.

Nah, sifat feodal yang melekat pada bangsa Indonesia inilah yang membuat banyak orang takut membuka lapangan usaha sendiri.

Hambatan dan rintangannya jauh lebih besar karena harus berhadapan dengan lingkungan sekitar yang tidak mendukung dan melawan budaya yang ada.

Maka dari itu tidak heran bahwa bangsa Indonesia memang masih belum pantas untuk menjadi entrepreneur karena secara watak masih berpikir ala karyawan yaitu tidak mandiri dan cari aman dengan gaji bulanan dari bos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun