Namun, bukankah hal itu patut dicoba. Toh, menjadi entrepreneur merupakan pekerjaan halal dibanding koruptor bukan?
Lingkungan Sekitar Tidak Mendukung
Ketika ada orang yang berusaha menjadi entrepreneur dengan membuka lapak kecil. Tidak jarang banyak tetangga dan masyarakat sekitar membicarakan orang tersebut diam-diam.
Seakan menjadi entrepreneur itu tabu. Bahkan lebih parahnya, ketika orang tersebut gagal malah dicibir dan menjadi bulanan warga. Kemudian mereka menyarankan "Sudahlah, mending cari kerja aja. Lebih jelas uangnya."
Bukannya memberi semangat tetapi langsung dijatuhkan mentalnya lalu diarahkan jadi karyawan. Sungguh aneh sekali, padahal orang yang sedang gagal butuh semangat dan motivasi dari lingkungan sekitarnya.
Budaya Feodal
Masyarakat Indonesia masih sangat kental budaya feodalismenya. Mereka lebih baik berada dibawah pemerintahan seperti jadi PNS, Polisi, pegawai BUMN, dan Tentara.
Daripada mandiri dan membuka lapangan kerja sendiri. Ini sangat berbeda jauh dengan saudara kita orang Tionghoa dimana dari nenek moyangnya merupakan pedagang.
Kultur dimana anaknya dilatih menjadga toko serta membuat bisnis kecil. Semua didukung oleh keluarga.
Nah, sifat feodal yang melekat pada bangsa Indonesia inilah yang membuat banyak orang takut membuka lapangan usaha sendiri.
Hambatan dan rintangannya jauh lebih besar karena harus berhadapan dengan lingkungan sekitar yang tidak mendukung dan melawan budaya yang ada.
Maka dari itu tidak heran bahwa bangsa Indonesia memang masih belum pantas untuk menjadi entrepreneur karena secara watak masih berpikir ala karyawan yaitu tidak mandiri dan cari aman dengan gaji bulanan dari bos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H