Alex masih diam. Semua omongan dan tingkahku di dalam mobil tidak dihiraukannya. Begitu beratkah beban pikirannya? Aku bergegas membuka pintu dan keluar dari mobil. Setelah itu mobil malah tancap gas meninggalkan aku di depan Rumah Atlanta.
"Alex ... tunggu! Jangan tinggalkan aku!" Berkali-kali aku berteriak memanggil Alex tapi mobil itu terus melaju.
Dengan rasa kesal aku segera menuju rumah kontrakanku. Tapi anehnya lagi tak satu orang pun menyapaku saat aku melewati mereka. Padahal aku bisa mendengar mereka membicarakan aku. Apakah mereka tidak bisa melihatku dengan pakaian seperti ini?
Aku terus masuk ke dalam rumah. Kemudian aku mendapati Dolly, Cindy, dan Alexis sedang berkerumun di depan pintu kamarku yang terbuka. Mereka bertingkah laku aneh juga saat aku mendekati mereka.
"Aku jadi merinding, ada apa ini?" tanya Dolly sambil mengusap-usap ke dua lengannya.
"Iya, aku juga. Udara juga bertambah dingin," sahut Cindy.
"Mungkin arwah Allena sedang mendekati kita," kata Alexis.
Sial ...! Aku baru ingat. Setelah menikmati tubuhku, Alex memberi aku minum anggur merah. Aku sungguh tak menyangka Alex dapat berbuat sekejam ini. Setelah  membunuh Nick dan Paijo serta memfitnah John, kini aku pun dibunuhnya juga.
*****
Solo. 16.06.23
~ Masbom ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H