Alex bermaksud membunuh John saudaranya sendiri untuk menguasai harta warisan peninggalan ayahnya. Dia minta bantuan Allena salah satu penghuni Rumah Atlanta, rumah kontrakan milik John. Tapi semua rencananya berantakan.
Apa yang terjadi dengan Allena kemudian?
***
Part sebelumnya [klik di sini]
Part 6. Misteri Anggur Merah
Aku menduga Alex telah mendapatkan korbannya untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, tiba-tiba aku melihat dia berdiri dan memilih beranjak pergi.
"Kamu mau ke mana?" tanya John padanya.
"Kita lanjutkan besok. Aku akan pulang dulu," jawab Alex.
"Terus ... penyelidikan ini?" tanya John lagi. Alex diam sejenak kemudian menoleh sebentar padaku.
"Aku tidak mengira mereka seperti ini. Mereka begitu liar! Aku tidak bisa berpikir jernih. Nanti aku hubungi kamu," jawab Alex sambil beranjak pergi meninggalkan John.
"Huh ...! Bagaimana ini? Tidak mungkin kamu bisa membantuku dengan cara seperti ini!" kata John dengan kesal.
"Sudahlah, John. Ikuti saja caraku ini. Kalau tidak mau, biarlah polisi yang akan menyelesaikannya," jawab Alex dengan santai sambil melangkah keluar.
***
Keesokan harinya, ketika aku keluar dari kamar mendapati John sudah menunggu di ruang tamu.
"Pagi, John. Sudah ada kabar dari Alex?" tanyaku padanya.
"Belum. Seharusnya dia sudah sampai di sini untuk melanjutkan interogasinya," jawab John.
Namun, hingga mentari naik lebih dari sepenggalah, Alex belum juga kelihatan batang hidungnya. John semakin gelisah. Dia segera menelpon Alex.
"Hallo Alex! Polisi segera datang dan akan membawa ke empat gadisku untuk dimintai keterangan. Cepatlah selesaikan tugasmu!" perintah John pada Alex. John kemudian diam sebentar.
"Tidak! Aku tidak ingin kehilangan semuanya!" sahut John dengan nada tinggi kemudian menutup teleponnya.
Kamu memang akan kehilangan semuanya, John, kataku dalam hati.
Suara John menarik perhatian ke tiga temanku. Satu per satu mereka keluar dari kamar menuju ruang tamu.
"Bagaimana, Allena. Detektif itu belum datang juga?" tanya Alexis. Aku hanya menggeleng.
Tak lama kemudian aku melihat beberapa polisi yang datang lebih dulu. John segera menemuinya. Melihat ekspresi muka John, aku bisa memastikan mereka terlibat pembicaraan serius.
John bersama para polisi kemudian mendatangi kami dan menyampaikan apa yang menjadi tugasnya. Ketika para polisi bersiap untuk membawa  pergi aku dan teman-temank untuk diinterogasi di kantor polisi, Alex datang.
"Untuk apa kamu datang? Apa kamu akan mengatakan pada polisi kalau aku pembunuhnya, Detektif Amatiran?" kata Cindy sambil menatap tajam pada Alex.
"Tidak! Aku akan menyelesaikan masalah ini!" jawab Alex. Dia segera menemui salah seorang polisi.
"Kami akan membawa ke empat gadis ke kantor polisi untuk kami interogasi. Dugaan sementara pria itu mati karena racun. Dan sebelum pergi dia telah minum wisky pemberian Dolly," kata salah seorang polisi.
"Tunggu sebentar!" seru Alex sambil menyodorkan selembar kertas.
"Apa ini?"
"Catatan hasil interogasiku. Tentang pernyataan dari ke empat gadis penghuni Rumah Atlanta ini."
Polisi itu kemudian membacakan catatan interogasiku di depan semua yang ada di sini.
Dolly : Alexis pembunuh pria itu.
Alexis : Cindylah pembunuhnya.
Allena : Aku tidak membunuhnya.
Cindy : Alexis telah berbohong.
"Bagaimana mungkin ini bisa menjelaskan semuanya?" tanya polisi itu sambil tertawa mengejeknya.
"Kita buktikan saja, Pak Polisi!" jawab Alex. Kemudian dengan hati-hati dia menjelaskan hasil interogasinya.
"Aku misalkan perkataan Dolly benar maka perkataan dari ketiga temannya adalah negasinya atau kebalikannya," kata Alex.
"Sehingga ada dua fakta saling bertentangan, yaitu Alexis dan Allena sebagai pembunuhnya. Dan ini tidak mungkin terjadi!" lanjut Alex. Semua mendengar penjelasan Alex dengan seksama.
"Seandainya perkataan Alexis atau Allena yang benar maka dengan cara yang sama akan dihasilkan fakta-fakta yang saling bertentangan juga. Sehingga kesimpulanku hanya Cindy yang berkata benar," jelas Alex.
"Dengan demikian dari negasi ketiga perkataan teman yang lain tidak ada fakta yang bertentangan. Dengan kata lain kebohongan mereka tidak akan saling berbenturan. Jadi Allena pembunuhnya berdasarkan teoriku ini!" lanjut Alex dengan nada tegas. Semua pun terkejut dan mengarahkan pandangan matanya pada Allena.
"Huh ...! Dasar kau detektif amatiran. Polisi telah mengatakan kalau Nick minum wisky pemberian Dolly. Bagaimana bisa kau mengatakan Allena pembunuhnya? Teori macam apa itu?" sahut Cindy dengan nada kesal.
"Fakta awalnya adalah Allena yang membawa wisky itu sebelum direbut oleh Dolly. Beberapa saat kemudian Nick mati setelah meminumnya. Ada alibi kalau Allena memberi racun dan berniat membunuh Nick dengan wisky tersebut!" jawab Alex.
"Alex ... kamu ...? Kenapa kamu mengatakan itu? Tugasku hanya membawa dan memberikan wisky itu untuk Nick. Ada racun atau tidak dalam minuman itu kamu pasti lebih tahu. Jangan korbankan aku sendirian, aku tidak membunuh Nick!" Aku membantah dengan tegas perkataan Alex.
"Alex tahu kalau minuman itu ada racunnya dan akan mengorbankan kamu sendirian? Apa maksudmu, Allena?" tanya Alexis.
"Pak polisi! Bisa jadi mereka berdua telah bersekongkol. Tangkap dulu mereka!" lanjut Alexis sambil menunjuk ke arahku dan Alex.
"Allena, jangan paksa aku sekali lagi untuk menuduhmu bersekongkol dengan Alex! Sebelum ini, kamu juga lebih dulu tahu nama Alex. Jangan-jangan kalian memang sudah pernah bertemu sebelumnya dan merencanakan semua ini!" sahut Cindy.
"Allena pembunuhnya ...? Kesimpulan macam apa ini? Allena tidak mungkin membunuhnya! Dolly telah merebut minuman itu dari tangan Allena dan memberikan pada Nick. Berarti Dolly yang telah membunuh Nick. Bukan Allena!" sahut John juga.
Sepertinya John ingin membelaku. Tapi aku yakin ini semua sudah menjadi bagian dari rencana Alex, batinku.
"Tenang dulu ...! Aku belum selesai dengan penjelasanku. Ada penyimpangan teori dari kasus ini. Dolly maupun Allena bukan pembunuh yang sebenarnya. Mereka hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk membunuh!" jelas Alex kemudian menghentikan sebentar perkataannya.
Suasana Rumah Atlanta kembali hening dan mencekam. Semua yang hadir hanya bisa saling pandang. Aku memperhatikan ke tiga temanku. Tidak ada desah suara dan gerakan-gerakan erotis lagi saat di depan Alex. Semua menjadi tegang menunggu penjelasan Alex selanjutnya. Sejenak aku juga beradu pandang dengan John. Dia mencoba bersikap tenang.
"Alex, kamu kuundang untuk membantuku menyelesaikan masalah ini. Jangan sampai kamu menunjuk orang yang salah!" kata John membuka suara.
"Begini. Dengar penjelasanku! Dolly memang memberikan wisky itu untuk Nick dan Nick meminumnya. Tapi kalian semua melupakan anggur merah yang diberikan Allena pada John." Alex berhenti sebentar.
"Anggur merah?" tanya ke tiga temanku hampir bersamaan. Mereka kemudian saling pandang.
"Iya, anggur merah! Mengapa John tidak mau minum anggur merah yang diberikan Allena? Malah dia siramkan ke mulut Nick! Ada apa dengan anggur merah itu?" tanya Alex.
"John sebenarnya tahu kalau anggur merah itulah yang berisi racun, bukan pada wisky. Dengan begitu tanpa disadari oleh Nick, dia telah meminum racun dari anggur merah," jelas Alex.
"Kamu telah merencanakan semua ini untuk membunuh Nick. Kamulah pembunuh yang sebenarnya, John!" tuduh Alex sambil menunjuk pada John.
[Bersambung] [klik di sini]
~ Masbom ~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI