Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Allena dan Anggur Merah (1)

27 Mei 2023   21:48 Diperbarui: 4 Juni 2023   21:57 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Dibuat dengan Canva.

"Alex bermaksud membunuh John saudaranya sendiri untuk menguasai harta warisan peninggalan ayahnya. Dia minta bantuan Allena salah satu penghuni Rumah Atlanta, rumah kontrakan milik John. Tapi semua rencana berantakan.
Apa yang terjadi dengan Allena kemudian?"

***

Part 1. Namaku Allena

Namaku Allena. Aku tinggal di rumah kontrakan Atlanta milik John yang berada di sebuah kampung di pinggir ibu kota bersama tiga temanku.

John pernah cerita padaku kalau dulunya dia adalah anak seorang pengusaha sukses dan kaya di kampungnya. Setelah orang tuanya meninggal, dia mendapat harta warisan lebih banyak dari saudara satu-satunya, meski mereka laki-laki semua. Harta warisan itu kemudian dipakainya untuk bisnis properti. Salah satu propertinya dikembangkan menjadi rumah kontrakan semi mewah dan diberinya nama Rumah Atlanta ini.

Namun, akibat dari pembagian harta warisan tersebut hubungan antara John dengan saudaranya jadi merenggang. Ada rasa tidak senang, iri, sekaligus kecewa dari saudaranya itu hingga mereka jarang bertegur sapa. Tapi John terus berusaha mendekati saudaranya agar mau membantu bisnisnya dengan sejumlah imbalan tentunya. Karena John sendiri tidak begitu pandai berbisnis.

Hubungan mereka selanjutnya sedikit membaik karena saudara John mau membantunya meski kata John perasaan tidak senang dari saudaranya itu masih ada. Hal itu dilihat dari pembagian keuntungan yang sering tidak sesuai perjanjian dengan alasan yang tidak jelas.

John juga mempunyai kebiasaan yang buruk, yaitu suka berfoya-foya. Hampir saja dia menghabiskan uangnya hanya untuk menuruti kesenangannya. Termasuk dengan para penghuni rumah kontrakannya. Dan di antara teman-temanku, akulah yang paling menarik perhatian dan paling dekat dengan John. Bisa dibilang John lebih suka padaku. Dari situlah John sering bercerita tentang diri dan keluarganya.

Namun, saudaranya membiarkan saja kelakuan John yang suka berfoya-foya. Toh dia juga mendapat uang dari bisnis itu. Bahkan dia mengambil keuntungan lebih besar dari yang diberikan pada John. Aku tahu hal itu dari cerita John juga. Dia suka mengeluh karena uang yang diberikan oleh saudaranya itu terbilang sedikit. Apalagi jika digunakan untuk menuruti kesenangannya, selalu kurang. 

Rumah kontrakan Atlanta yang aku tempati ini memiliki empat kamar tidur cukup luas dengan kamar mandi masing-masing di dalam. Terdapat dapur yang menyatu dengan ruang makan di pojok ruangan sehingga menambah kesan unik rumah Atlanta tersebut.

Ruang tamu pun didesain mirip sebuah mini bar dengan meja panjang melengkung dan kursi-kursi tinggi sebagai ciri khasnya. Sebuah televisi flat 42 inchi terletak di atas buffet dengan seperangkat alat pemutar musik di dalamnya. Satu set sofa dengan meja kecilnya juga tersedia di ruangan itu untuk kenyamanan orang-orang yang bertamu sambil melihat televisi atau sekedar mendengarkan alunan musik.

Sebuah repro lukisan foto Marlyn Monroe dengan ke dua tangan menahan gaun bagian depan yang sedikit tersingkap tertiup angin dipajang di dinding depan. John pun menggaji seorang pelayan atau pembantu rumah tangga untuk merawat dan membersihkan rumah dan halaman beserta seluruh perabotan yang ada. Paijo namanya. Namun, aku dan teman-teman sering memanggilnya Ijo.

***

Aku bersama ke tiga temanku yang bernama Alexis, Dolly, dan Cindy sudah satu tahun lebih tinggal di Rumah Atlanta. Mereka semuanya pendatang yang berasal dari pelosok kota yang berbeda. Sehingga aku tidak tahu persis latar belakang kehidupan mereka sebelumnya. Sewaktu datang ke Rumah Atlanta penampilan mereka sederhana saja seperti aku juga.

Tapi setelah bekerja pada sebuah perusahaan entertainment terkemuka di ibu kota yang berjarak tempuh kurang lebih 30 menit dari Rumah Atlanta tersebut, warga perkampungan sering mencibir aku dan teman-teman karena busana dan penampilanku yang menurut mereka terlalu norak dan bergaya hidup glamor.

Sedangkan gaji yang aku terima cukup mepet untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar sewa rumah kontrakan yang aku tempati sekarang ini. Sehingga menarik perhatian John dengan memanfaatkan sifatnya yang suka berfoya-foya menjadi sesuatu yang wajib bagi aku dan teman-teman agar mendapat keringanan diperbolehkan tinggal di Rumah Atlanta. Gayung pun bersambut. Dan aku sejak awal yang mendapat perhatian lebih dari John dibanding teman-temanku.

Sementara itu ada salah satu penggemar yang menjadi tamu tetap di Rumah Atlanta. Nick namanya. Dia selalu menjadi rebutan dan menuruti semua keinginanku dan teman-teman. Namun, aku juga yang menjadi primadona baginya. Seperti John, Nick pun lebih suka padaku. Bukannya sombong, meski postur tubuhku lebih kecil dibanding teman-temanku tapi penampilan dan gestur tubuhku paling menarik.

Tapi kini kegembiraan para penghuni Rumah Atlanta sedang terganggu. Rumah kontrakan ini lagi menjadi sorotan warga kampung karena kasus pembunuhan. Menurut penuturan John, korbannya meninggal di dalam sebuah mobil Ferrari putih yang baru saja keluar dari halaman Rumah Atlanta. Dan yang membuatku terkejut, korbannya adalah Nick, tamu tetap yang selalu menjadi incaran para penghuni Rumah Atlanta. Kini polisi sedang mengusut untuk mencari pembunuhnya.

Padahal malam itu, sebelum dini harinya Nick terbunuh, dia mengajak aku dan teman-teman berpesta kecil-kecilan di Rumah Atlanta karena Nick akan pergi beberapa lama untuk urusan bisnis ke luar negeri.

***

Nick adalah seorang pria playboy paruh baya berduit yang sering datang dan memacari para penghuni Rumah Atlanta. Ada saja kelakuanku dan teman-teman untuk menarik simpati agar mendapatkan sejumlah uang dan barang-barang kebutuhan lainnya dari Nick. Persaingan ini sering menyebabkan aku dan teman-teman saling bertengkar karena berselisih paham dalam memperebutkan Nick.

John pun berusaha untuk menengahinya. Namun John yang juga tidak suka dengan Nick dan kerap kali berselisih paham dengannya, kadang kala membiarkan saja pertengkaran ini. Bahkan John sangat berharap Nick tidak datang berkunjung lagi ke rumah kontrakan miliknya itu. Aku menduga dia tidak mau bersaing dengan Nick yang lebih tajir untuk memperebutkan aku. Tapi alasan yang sering diungkapkannya adalah Nick tidak mau mengikuti aturan bertamu di kampungnya.

Suatu ketika terjadi perselisihan lagi di antara para penghuni Rumah Atlanta. Dan kali ini John tidak ikut datang menengahinya. Tetapi dia yang tinggal di bagian belakang rumah Atlanta dapat mendengarkan dengan jelas semua pertengkaran itu. 

"Lebih baik kita bunuh saja Nick, supaya tidak ada seorang pun yang dapat memilikinya!" usul Cindy dengan nada keras.

Sepertinya dia sudah lelah dengan pertengkaran yang sering terjadi. Semua penghuni Rumah Atlanta terdiam setelah mendengar usul Cindy. Suasana rumah Atlanta pun menjadi tegang! Entah apa yang ada dalam pikiran masing-masing temanku itu. Namun, perselisihan itu segera mereda dengan sendirinya karena semua menyadari kalau masih membutuhkan Nick.

Beberapa hari kemudian, sebelum pembunuhan itu terjadi, Nick sang pria playboy itu berjanji akan datang untuk membuat pesta di Rumah Atlanta. Dia berniat untuk mengajak John juga dan menyuruhku untuk menyampaikannya. Siang itu juga aku menemui John yang sedang berada di belakang rumah untuk menyampaikan pesan Nick. Tapi John tidak setuju. Apalagi pesta itu akan berlangsung semalam suntuk. 

"Tidak ...! Aku tidak mengijinkan pesta itu!" kata John.

"Terus bagaimana?" tanyaku.

"Aku akan minta bantuan saudaraku untuk menghadapi Nick," jawabnya sambil menjauh dariku dan mengangkat handphone-nya.

John hanya berbicara singkat kemudian menutup panggilannya. Aku melihat wajahnya tampak kecewa dan segera meninggalkan aku. Sepertinya dia telah gagal.

[Bersambung] [klik di sini]

~ Masbom ~

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun