Diary ..., sudah lama aku tidak menyapamu. Kebetulan di awal tahun baru ini aku punya sedikit unek-unek untukmu, hehe ...
Pagi tadi saudaraku lewat di depan rumah tetangga sebelah sambil membawa galah (pipa panjang untuk mengambil buah). Saat itu si empunya rumah sedang menjemur pakaian di halaman. Dia memperhatikan saudaraku kemudian bertanya, "Untuk apa?"
Dijawab, "Entahlah! Cuma disuruh bapak."
Kebetulan aku sedang di luar rumah juga. Aku lagi membersihkan halaman depan dan mendengar percakapan singkat itu. Sesaat kemudian saudaraku berlalu dan lewat di depan rumahku.
Dia kutanya dengan kalimat yang sama, "Untuk apa?"
Dia tersenyum sambil menjawab lirih, "bapak mau ambil sukun ...."
"Ooo ...," sahutku sambil menganggukkan kepala.
Dua jawaban yang berbeda. Memangnya tidak semua harus di omongkan, ya Diary? Ada yg harus disimpan meski itu dengan tetangga sendiri, begitu. Mungkin ini terlihat sepele tapi terkadang sulit.
Aku pikir-pikir lagi, mungkin ada benarnya juga saudaraku itu. Memang sih, ada yang harus dijaga, agar tetangga, orang lain atau netizen tidak harus tahu semua yang akan kita lakukan.
Diary ..., kamu juga harus bisa memilah dan memilih apa yang harus disampaikan terkait dengan sesuatu yang sedang atau akan kita lakukan. Dan itu bisa saja berhubungan dengan etika hidup dalam masyarakat. Tapi aku tidak tahu apa yang menjadi alasan dia memberikan dua jawaban yang berbeda itu.Â
Saat itu aku sempat berpikir sejenak. Apa yang telah dilakukan saudaraku dengan memberikan dua jawaban yang berbeda, kenyataannya menjadi sebuah paradoks dalam kehidupan kita sehari-hari. Saat aku melihat tayangan di sosial media. Di situlah aku bisa melihat secara vulgar apa yang disampaikan oleh pemilik konten.Â
Apakah mereka sudah memilah dan memilih konten itu untuk ditayangkan atau disampaikan seperti yang dilakukan oleh saudaraku itu? Entahlah ..., karena aku tidak pernah melakukan survei untuk itu.
Kalau begitu, biarlah aku saja yang memilah dan memilih konten-konten yang akan aku lihat. Eh, kok jadi ngelantur ngomongin konten-konten ...
Setelah itu aku melanjutkan pekerjaanku. Beberapa saat kemudian si bapaknya saudaraku itu datang dengan membawa dua buah sukun untukku.
Alhamdulillah dapat rejeki meski masih kepikiran tentang dua jawaban yang berbeda tadi.
Dear Diary ..., apakah pemberian dua buah sukun itu bisa menjadi penjelasannya? Karena hanya aku yang diberi, sedangkan tetangga sebelah tidak.
Solo. 04.01.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H