Aku berjalan mendekat dan berdiri di depan mejanya. Benar, dia Aninta, seperti dalam foto itu! Tapi Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup buku yang sedang dibacanya. Dan Aku pun terkejut tatkala membaca judul buku itu, Cerita Tentang Hujan.
"Boleh buku itu aku pinjam?" Tidak ada jawaban. Gadis itu masih asyik dengan bukunya.
"Akan kutulis sajak indah untukmu sebagai penggantinya! Mau ...?" lanjutku. Gadis itu menurunkan bukunya. Sepertinya dia terusik dengan kata sajak indah yang Aku ucapkan. Dan benar, dia adalah Anintaku ...!
"Kamu ...?"
"Iya, ini aku, Aninta. Tapi kamu jahat! Kenapa tidak memberi tahuku jika sudah kembali?"
"Maafkan aku ...."
Aninta memang telah kembali ke tanah air. Orang tuanya menyuruh Aninta untuk melanjutkan kuliah di Solo sekaligus menemani kakek neneknya. Dan di sana dia tidak bisa memberi kabar karena jarak tetap memisahkan dia denganku lagi. Itu alasan yang dia berikan padaku.
"Aku tidak ingin hati kita terluka karena jarak akan memisahkan kita lagi," katanya sambil menatapku dalam-dalam.
"Jogja Solo tidaklah jauh jaraknya, Aninta," kataku sambil tersenyum.
"Terus kamu? Kuliah di sini juga?" Aku lihat kedua bola mata Aninta berbinar-binar saat mengucapkan pertanyaan itu.
"Iya ... dan sebenarnya aku pun ingin melupakan kamu. Tapi Cerita Tentang Hujan itu telah mempertemukan kita kembali. Maukah kubuatkan sajak indah lagi?"