"Sesungguhnya dia saudariku!" jawab Ibrahim.
Inilah kebohongan ketiga yang dilakukan Ibrahim sepanjang hidupnya dengan maksud untuk melindungi istrinya. Tetapi sang raja tetap membawa Sarah karena dia tidak mengenal Ibrahim. Sarah akan diperlakukan tidak senonoh. Tetapi Tuhan tetap melindungi dan menjaga kesucian Sarah. Sang raja dibuat takut dan tidak berdaya dihadapan Sarah.
"Pasti setan yang kau bawa kepadaku. Kembalikan wanita itu kepada Ibrahim dan beri dia seorang hamba sahaya!" kata sang raja pada pengawalnya.
Inilah berkah yang diberikan Tuhan yang tidak diketahui oleh Ibrahim. Hamba sahaya itu bernama Hajar, seorang budak hitam, tetapi kecantikannya tampak terpancar di wajahnya. Ia cerdas, berakhlak mulia, dan bermental kuat.
Sarah kembali hidup bahagia bersama Ibrahim. Tapi tanpa kehadiran seorang anak, kehidupan mereka masih terasa sepi. Ibrahim bersedih hati. Namun dia tetap sabar dan tidak henti-hentinya memohon kepada Tuhannya agar diberi seorang anak. Mendengar doa suaminya Sarah merasa terharu. Dia kemudian menawarkan pada suaminya untuk menikahi Hajar sebagai istri keduanya.
"Wahai suamiku, sesungguhnya Tuhan tidak memperkenankan aku melahirkan seorang anak, karenanya menikahlah dengan budakku ini, Hajar. Mudah-mudahan Tuhan mengaruniakan anak kepadamu melalui dirinya," kata Sarah. Pada awalnya Ibrahim tidak mau menuruti keinginan istri tercintanya.
"Bagaimana mungkin aku akan menduakan cinta kepadamu," kata Ibrahim memandang lembut istrinya, "tidakkah kamu akan merasa cemburu nantinya?" Sarah hanya menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku ..." Ibrahim tak kuasa menahan haru atas pengorbanan istrinya. Tak terasa meleleh air mata lelaki penyayang dan berperasaan halus itu.
"Semoga Tuhan memberiku kesabaran dan ketetapan hati untuk melalui semua cobaan ini," kata Sarah dalam pelukan Ibrahim.
Akhirnya Ibrahim menikahi Hajar atas persetujuan Sarah. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan yang sesungguhnya dari wanita berhati baja ini. Sarah sanggup meredam rasa cemburunya. Dan kehidupan rumah tangga Ibrahim terasa tentram dan bahagia. Beberapa tahun kemudian Tuhan mengabulkan doa Ibrahim dan Sarah.
Pada usia kurang lebih delapan puluh enam tahun Ibrahim dikaruniai seorang anak laki-laki dari rahim Hajar. Betapa gembira hati Ibrahim beserta kedua istrinya.Â