Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ramadan dan Hati yang Terbelenggu

30 Mei 2019   14:54 Diperbarui: 30 Mei 2019   14:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika langit merah menghiasi cakrawala di ufuk barat 

Terdengar suara adzan pertanda rinduku

Seteguk air teh hangat cukup sudah menghapus dahagaku seharian

Itu dulu sebelum gema takbir hari raya berkumandang

Sekarang semua seakan tidak terkendali ketika nafsuku telah menghapus jejak-jejak kemuliaannya

Ramadhan datang dengan kemuliaan

Namun ujian dan cobaan yang dia berikan

Terasa biasa saja dan tak ada yang istimewa saat menyambutnya 

Meskipun dia menjanjikan kemenangan besar dan kekalahan nafsu

Karena kesibukanku dan aku yang merasa sombong

Di hari-hari terakhir pertempuran 

Di diantara malam-malam seribu bulan

Menghilang sesaat dari hingar bingar gemerlapnya kehidupan dunia 

Tersesat dalam keindahan dan keheningan semesta

Menjadikan malam itu penuh kemuliaan hingga terbit fajar

Hati ini merintih menjerit merobek langit memanggil namanya 

Tapi tidak juga dia mendekat merantai tetes-tetes embun di hatiku

Aku ingin sejenak kembali terlena bersamanya di batas cakrawala

Namun dia tetap pergi selangkah demi selangkah meninggalkanku

Aku tidak bisa menaklukkan diriku sendiri

Karena nafsu meningkat di penghujung Ramadhan

Kembali fitrah hanya di mulut saja

Karena hati terbelenggu kembali oleh gemerlapnya perhiasan dunia 

Dan nafsu untuk memenuhi kehendak dua pertiga perut

Aku di penghujung Ramadhan

Menjaga hati agar tetap bergetar saat mengumandangkan takbir 

Merasuk ke dalam jiwaku meskipun hanya sedikit

Kelak dia akan datang lagi 

Menjadi suatu masa ketika tiada lagi jarak antara aku dan Tuhanku

Tuhan ... masihkah Engkau mencintaiku.

Solo.30.05.2019

Bomowica

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun