Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | [Horor] Mitos Sapu Lidi

6 Agustus 2019   21:48 Diperbarui: 6 Agustus 2019   21:57 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah selesai PR-nya?"

Aku perhatikan Alice, anak ragilku yang baru berumur enam tahun. Dia sedang belajar sendirian di ruang tamu. Alice duduk di belakang meja kecilnya sambil sesekali memandang ke depan dan tersenyum sendiri. Entah dengan siapa dia tersenyum. Aku jadi penasaran dan merasa takut akan terjadi sesuatu pada dirinya.

"Belum, Yah," jawabnya tanpa menoleh ke arahku.

Beberapa hari ini Alice selalu begitu kalau sedang belajar. Seperti ada yang menunggui di depannya. Tatapan matanya memperhatikan sesuatu yang begitu dekat dengannya. Tapi aku tidak bisa melihat apa yang sedang dia perhatikan saat itu.

Sejenak Alice menghentikan aktivitas belajarnya. Dia membuka kotak pensil dan mengambil salah satu pensilnya. Kemudian menyobek sebagian kecil kertas pada halaman belakang bukunya. Perlahan-lahan dia menyodorkan kertas dan pensil itu ke depan. Pandangan mataku belum beralih darinya. Aku terkejut dan detak jantungku seolah berhenti saat kulihat Alice melepaskan pensil itu. Benda kecil panjang itu berdiri tegak di atas kertas dan perlahan bergoyang seperti ada yang sedang menggerakkannya. Pensil itu menulis sendiri ....

"Sudah selesai ...?" tanyaku seolah tidak percaya dengan apa yang kulihat saat itu. Seketika pensil itu jatuh tergeletak di meja. Alice pun terkejut dan menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku beranjak dari tempat dudukku dan mendekatinya. Tidak kulihat sebuah tulisan pun di kertas itu. Mungkin hanya Alice saja yang bisa melihatnya.

"Sebentar lagi, Yah," jawabnya sambil mengambil pensil dan sobekan kertas itu kemudian memasukkan ke dalam kotak pensilnya kembali.

"Kalau ada yang sulit biar ayah bantu." Alice menggelengkan kepalanya.

"Jangan tidur terlalu malam biar besok tidak bangun kesiangan," ajakku. Dia hanya mengangguk. Sekali lagi Aku mendapati Alice seperti menatap seseorang yang begitu dekat di depannya. Sebentar dia menoleh ke arahku dan tersenyum kemudian melanjutkan mengerjakan PR-nya kembali.

Aku menutup pintu rumah kemudian berjalan menuju ke kamar Alice. Kuambil seblak kasur dari sapu lidi untuk membersihkan serta merapikan tempat tidurnya.

"Alice ... kalau sudah selesai cepat tidur," kataku sambil duduk di tepi pembaringan dan memperhatikan sapu lidi yang sedang kupegang. Aku teringat kejadian beberapa bulan lalu ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun