Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Jogja 1990 | Perkenalan Singkat

1 Desember 2018   09:10 Diperbarui: 9 April 2019   00:06 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com


"Baiklah, tapi jangan lama-lama," kata Ibunya menyelidik, "ibu masih takut sama anak-anak pencopet tadi. Ibu tunggu di stand pakaian itu."


Putri mengangguk dan segera berjalan mendekati Sono. Entah kenapa hatinya merasa berdebar-debar. Dipandanginya cowok yang berdiri di hadapannya. Samar-samar dia melihat wajah cowok ganteng itu tersenyum.


"Gangsingan ini ... satu untukmu, simpan baik-baik ...." kata Sono.


Sono memberikan salah satu gangsingannya pada Putri. Dia sendiri tidak menyangka bisa berbuat senekat itu pada seorang gadis yang baru dikenalnya. Ada getar-getar aneh dalam denyut nadinya. Dadanya serasa bergemuruh.


"Aduh, kenapa ini? Kenapa kuberikan gangsingan ini. Perasaanku ... apakah aku menyukainya?" tanya Sono dalam hati.


Sono menatap wajah Putri. Tetapi rupanya Putri berdiri membelakangi cahaya lampu merkuri yang ada di tengah Alun-Alun. Sehingga hanya samar-samar saja Sono melihat wajah manis Putri di balik bayangan siluet wajahnya.
Di bawah temaramnya cahaya lampu merkuri itu sepasang remaja belum genap lima belas tahun usianya sejenak saling beradu pandang seolah tidak ingin melepaskannya. Ingin rasanya Sono mengungkapkan isi hatinya. Tapi apa daya mulutnya terkunci, tak sepatah kata pun terucap. Mereka hanya bisa berkata-kata dalam hati.


"Kakak ... kenapa kamu berikan gangsingan ini padaku? Aku tidak bermaksud mengganggu hubunganmu dengan pacarmu," kata Putri dalam hati. Dia juga merasakan perasaan yang sama dengan Sono.


"Putri ... aku belum mempunyai pacar. Kuharap kamu pun begitu. Simpan gangsingan ini dalam hatimu. Suatu saat kita akan bertemu kembali," kata hati Sono dengan dada berdebar keras, berharap-harap cemas agar Putri tidak menolak pemberiannya.


Tanpa menunggu reaksi Putri, Sono segera berbalik arah dan berlari meninggalkan Putri. Putri hanya terdiam melihat kepergian Sono kemudian tersenyum sendiri seolah-olah mengerti mengapa Sono melakukan semua ini.


"Kakak ... semoga kita dapat bertemu kembali," kata Putri lirih sambil memandang Sono yang berlari menjauh.


Dengan nafas memburu dan jantung berdegup kencang Sono tiba kembali ke tempat Tono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun