"Jika hidup tidak seimbang apakah kita juga akan roboh seperti gangsingan itu? Keseimbangan akan berhubungan dengan kualitas hidup. Apa maksudnya? Mungkinkah ini ada hubungannya juga dengan pengendalian emosi dan mata batin?"
Lupa-lupa ingat Sono tentang filosofi itu dan mengapa kakek mengajarkan pada dirinya.
"Gangsingan niki saking pundi, Pak? Bapak ndamel piyambak gangsingan niki?" tanya Sono pada penjual gangsingan.
"Ora, Nak. Gangsingan iki digawe wong-wong nang kampung."
"O ... begitu. Ternyata masih ada yang bisa membuat alat permainan tradisional ini. Mudah-mudahan generasi muda mendatang masih mengenal dan tetap melestarikannya."
Gangsingan merupakan alat permainan tradisional di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta. Kalau di daerah lain biasa disebut dengan nama gasing dan bentuknya pun berbeda-beda. Gangsingan ini dibuat dari pring wulung (bahasa Jawa) atau bambu wulung berwarna kuning gading. Kembali Sono memperhatikan dengan serius alat permainan tradisional tersebut.
"Pinten, Pak gangsingane?"
"Limang ewu, Nak. Ndang miliho."
"Tumbas kalih, Pak. Sing niki mawon," kata Sono sambil menyodorkan dua gangsingan pilihannya.
Solo.17.10.18