Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Kemarin

6 Oktober 2018   07:19 Diperbarui: 13 Oktober 2018   21:18 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Detik.net.id (foto: thinkstock)

"Maafkan aku ... telah membuatmu menungguku di sini."

"Aku takut kehilanganmu."

Terlihat pelangi di kedua bening bola matanya. Yang perlahan meleleh dari ke dua ujungnya. Angin pun bertiup kencang menyapu rintik hujan membasahi wajahnya. Dia tetap tidak bergeming.

"Maukah kamu pulang bersamaku?"

Dia tersenyum dan mengangguk pelan di ujung penantiannya. Kesetiaan hatinya telah menguatkan ikatan janjiku. Kuraih dan kugenggam tangannya sebelum hujan deras turun membasahi bumi kembali. Dan long distance ini akan terus diuji seiring berjalannya waktu.


Slo.06.10.2018


note : cerpen ini kutulis berdasarkan puisiDi Ujung Penantian Saat Hujan Kemarin karyaku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun