"Maafkan aku ... telah membuatmu menungguku di sini."
"Aku takut kehilanganmu."
Terlihat pelangi di kedua bening bola matanya. Yang perlahan meleleh dari ke dua ujungnya. Angin pun bertiup kencang menyapu rintik hujan membasahi wajahnya. Dia tetap tidak bergeming.
"Maukah kamu pulang bersamaku?"
Dia tersenyum dan mengangguk pelan di ujung penantiannya. Kesetiaan hatinya telah menguatkan ikatan janjiku. Kuraih dan kugenggam tangannya sebelum hujan deras turun membasahi bumi kembali. Dan long distance ini akan terus diuji seiring berjalannya waktu.
Slo.06.10.2018
note : cerpen ini kutulis berdasarkan puisiDi Ujung Penantian Saat Hujan Kemarin karyaku sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H