Ternyata Neme re'e adalah sebuah Gereja besar untuk para arwah. Beliau pun berpesan agar kawasan ini harus terus dijaga kesakralannya, sebagaimana yang dilakukan oleh para leluhur. Penturan tradisi lain lagi mengisahkan bahwa ketika ada warga Lewouran meninggal dunia, akan terdengar bunyi musik, seperti digelar sebuah pesta di lokasi ini. Hal ini dimaknai bahwa arwah orang yang meninggal dunia dijemput di sini secara meriah.
Kisah mistis lainnya dialami oleh beberapa orang yang datang memancing di malam hari. Saat memancig tiba-tiba mereka dihantam oleh desiran ombak dari arah darat. Jika salah memilih lokasi untuk duduk memancing, maka bahaya besar akan mengancam.
Wato Tena
Di hamparan wilayah Wato Lota ini, ada sebuah batu seperti perahu yang disebut Wato Tena. Batu ini dipercayai sebagai Perahu Suku Kwure yang berubah wujud menjadi batu setelah mereka berlabuh.Â
Perubahan wujud perahu menjadi batu menegaskan bahwa di kawasan inilah (Lewouran) suku Kwure akan memulai peradaban kehidupan baru dengan suku-suku yang sudah ada (suku Muda dan suku Uran. Selanjutnya Suku Kwure, menyusul Kewuta dan Kedang). Ulasan lengkap tentang sejarah Suku Kwure dapat di baca di dalam buku tentang Lewouran.
Garis Mistis Wai Uhe, Wato Lota dan Kawasan Nuha Telo
Di hadapan kawasan Wato Lota ini terdapat gugusan Nuha yang disebut Nuha Telo, yakni Nuha Witi, Nuha Kowa dan Nuha Bele. Ketiga Nuha ini dalam tuturan tradisi diyakini  juga sebagai lokasi para arwah. Bagi masyarakat Lewotobi, arwah orang yang meninggal dunia bergerak menuju Nuha Witi melalui jalur pantai Pede.Â
Bagi orang Lewouran, arwah orang yang meninggal dunia bergerak menuju Wai Uhe untuk membersihkan diri, disambut di Wato Lota lalu bergerak menuju Nuha Kowa. Menurut Ibu Theresia Bura Muda, Nuha Kowa dipercayai sebagai ujung sebuah perjalanan. Para arwah dari Nuha Bele dan Nuha Witi berkumpul untuk pembagian lokasi kebun, sekaligus lokasi tempat tempat tinggal yang baru.
Wato Lota, Bolehkah diganti namanya?
Bagi para penutur tradisi di Lewouran, Nama Wato Lota TIDAK dapat diganti dengan sebutan lain. Ketika para penutur tradisi menegaskan tentang hal ini maka generasi muda Lewouran, semua yang berasal dari Lewouran dan siapa saja yang berkunjung ke tempat sakral ini tidak memiliki pilihan lain selain dengan tegas, jelas dan penuh hormat menggunakan nama asli di atas.Â
Dengan menggunakan nama asli Wato Lota, maka seorang sekaligus menegaskan identitas mistis dengan segala keterkaitan sejarah dari sebuah Kampung yang bernama Lewouran Duli Detu Saka Ruka Paju Wuri.Â